Legenda Empat Musim

By Vanda Parengkuan, Selasa, 1 Mei 2018 | 08:00 WIB
Dahulu kala, di Bumi hanya ada musim panas. Para hewan lalu pergi ke langit untuk menemui Wanita Langit.. (Vanda Parengkuan)

Pada jaman dahulu kala, tidak ada musim dingin.  Tidak ada musim semi, juga tidak ada musim gugur.  Selalu musim panas.  Setiap hari, matahari melintasi angkasa. Tak ada segumpal awan pun yang menutupinya. Rumput menjadi kering kecokelatan.  Buah beri mengkerut kering di semak.  Debu beterbangan di mana-mana.

"Tidak ada yang bisa dimakan," kata Kelinci.

"Tidak ada yang bisa diminum," kata Rusa.

"Terlalu panas,"  kata Beruang Kutub. "Tidak ada sepotong es pun untuk diduduki."

"Panas sekali," kata Macan Gunung.  "Kakiku luka karena panasnya batu-batu ini. Kita harus melakukan sesuatu."

Mereka lalu mengirim pesan dalam potongan kulit kayu.  "Undangan rapat" tulis mereka. Semua hewan darat datang. Burung-burung juga hadir. Api pertemuan dinyalakan. Rapat pun dimulai.

Beruang Kutub berkata, "Kita harus pergi ke negeri di langit. Dan bertemu dengan wanita tua yang tinggal di sana."

Para binatang setuju.  Burung Hantu pun mematikan api pertemuan.

"Bagaimana kita bisa pergi ke negeri di langit?" tanya Kelinci.

"Ada jalannya," kata Rubah.  Semua binatang mengikuti Rubah ke pinggir laut.  Mereka melihat jalan bercahaya menuju angkasa. Rubah menunjukkan jalan. Hewan lain mengikuti.  Mereka melangkah di atas jalan bercahaya melewati beberapa Bulan. 

Mereka meninggalkan Bumi.  Kini hanya ada Bintang, Bulan, dan Matahari di sekeliling mereka.  Tidak ada sejumput rumput kering pun.  Tidak ada buah beri yang kering di semak-semak.  Hanya ada matahari yang panas pada siang hari.  Sinar bintang dan bulan yang dingin pada malam hari. 

Akhirnya para binatang tiba di sebuah padang rumput yang membentang dari utara ke selatan, dan dari barat ke timur.  Kemanapun mereka memandang, hanya padang rumput yang terlihat. Di tengah-tengahnya terdapat sebuah pondok milik wanita tua.  Wanita Langit.

"Beruang, bicaralah atas nama kita semua," kata para hewan darat.

"Burung Hantu akan berbicara atas nama kita," kata para burung.

Mereka duduk membentuk lingkaran di depan pintu pondok. Burung Hantu memanggil Wanita Langit. Tak lama kemudian, Wanita Langit keluar.  Ia lebih tua dari bumi.  Lebih tua juga dari langit.

Beruang berkata,  "Bumi terlalu panas. Hanya ada rumput cokelat. Tidak ada air di sungai. Dan hanya ada debu di udara."

Burung Hantu berkata, "Kami tidak bisa lagi tinggal di bumi.  Tidak ada yang dapat kami minum atau makan.  Bumi sudah terlalu panas."

Wanita Langit merasa kasihan pada binatang darat dan burung-burung.  Ia kemudian masuk ke pondok.  Ketika keluar, ia berkata, "Ambillah ini."  Ia memberikan masing-masing satu kantung pada Beruang, Burung Hantu, dan Kelinci.  "Bawa ini ke bumi dan bukalah ketika kalian tiba di desa kalian."

Binatang darat dan burung kembali melintasi padang rumput.  Turun melalui jalan bercahaya.  Mereka melewati banyak Bulan dan tiba di desa mereka.

Beruang membuka kantungnya.  Angin utara, selatan, timur dan barat, keluar dari kantung itu. Mereka bertiup melalui rumput kering dan terdengar bunyi gemerisik. Mereka bertiup melalui pohon-pohon sehingga daun-daun gugur.

Burung Hantu membuka kantungnya.  Hujan dan kabut keluar dari kantung.  Kabut berputar-putar di sekitar sarang-sarang mereka.  Angin mencairkan kabut  itu. Burung-burung pun kembali ke sarang agar tidak kehujanan. Kecuali kelinci. Kelinci membuka kantungnya.  Salju keluar dari kantung itu.  Salju yang lebat memenuhi udara dan menyelimuti tanah.

 Sejak saat itu, musim dingin, semi dan gugur mulai dikenal.  Ketika musim panas, matahari menjadi  panas dan rumput kering. Namun, lalu datang angin, hujan, dan kabut. Kemudian salju datang, dan berakhirlah musim panas.  

(Dongeng Suku Chipewyan Indian, Amerika Utara)