Krui, kota kecil di pesisir barat Sumatera ini dikenal sebagai kota penghasil ikan. Salah satu jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan Krui adalah ikan marlin.
Ikan merlin adalah ikan yang memiliki sirip punggung tegak seperti layar perahu dengan moncong seperti tombak. Penduduk setempat menamakan ikan ini dengan sebutan tuhuk atau setuhuk.
Ikan marlin menjadi sumber penghasilan andalan para nelayan Krui. Oleh sebab itu, ikan marlin pun lantas dijadikan ikon daerah Kabupten Pesisir Barat dan diwujudkan dalam bentuk tugu.
Berburu Ikan Marlin
Ikan marlin hidup di laut dalam. Untuk mendapatkan ikan marlin, nelayan Krui harus berlayar jauh hingga memasuki Samudera Hindia.
Dengan berbekal peralatan sederhana yang disebut kawil apung dan seember ikan tongkol untuk umpan, nelayan Krui mulai berlayar dari Teluk Stabas menuju bibir Samudera Hindia. Kawil apung adalah adalah perangkat pancing yang memiliki banyak mata kail yang diikatkan pada jeriken plastik sebagai pelampung.
Dengan menggunakan perahu jukung bersayap ganda, para nelayan menerjang ombak dan angin barat menuju laut lepas. Setelah berlayar berjam-jam, sampailah mereka di Samudera Hindia. Berbekal pengalamannya sebagai nelayan tradisional, nelayan Krui tahu dimana tempat-tempat ikan marlin berkeliaran memburu mangsanya si ikan tongkol.
Sesampai di tengah samudera nelayan siap-siap memasang umpan. Ikan tongkol pun dikiatkan pada setiap mata kail pada kawil apung. Tak perlu menunggu lama, jeriken pun bergerak-gerak ke kiri dan ke kanan di permukaan air. Itu pertanda umpan ikan tongkol mulai disambar oleh ikan marlin yang ganas. Dengan cara sederhana inilah nelayan Krui berburu ikan marlin.
Langsung Diterima Tengkulak
Bagi nelayan Krui, mendapatkan satu dua ekor ikan marlin sudahlah cukup untuk rezeki hari itu. Dengan rasa penuh syukur, nelayan pun berlayar pulang. Sesampai di Teluk Stabas, ikan marlin langsung disambut oleh tengkulak dan ditimbang.
Ikan marlin yang biasa didapat nelayan Krui bobotnya rata-rata 50 kilogram. Apabila tengkulak membelinya dengan harga Rp 30.000,00 perkilogram, nelayan akan mengantongi uang 1,5 juta rupiah. Setelah dipotong sewa perahu, bahan bakar, dan makan, nelayan masih menyimpan 500 ribu rupiah. Penghasilan yang sangat lumayan, bukan?