Kuda, Sahabat Manusia

By Sigit Wahyu, Senin, 11 Desember 2017 | 09:31 WIB
Memandikan adalah salah satu cara menyayangi kuda. (Sigit Wahyu)

Pada zaman dahulu, setiap kerajaan pasti memiliki kuda sebagai hewan transportasi. Sebuah kerajaan besar biasanya memiliki ribuan kuda perang untuk menundukkan kerajaan lain. Tak heran kalau pada waktu itu negeri kita mendapat julukan negeri kuda.

Kereta Kuda

Padahal pada zaman dahulu, kereta kuda merupakan kendaraan penting untuk bepergian dan mengangkut barang. Bahkan, seekor kuda bisa menjadi kuda tunggangan pribadi saat seseorang hendak bepergian.

Dulu banyak orang memelihara kuda karena ingin memanfaatkan tenaganya yang kuat. Dengan menunggang kuda, manusia bisa membawa barang lebih banyak dan bisa bepergian lebih cepat dibandingkan dengan berjalan kaki.

Namun sejak banyak kendaraan bermotor, kereta kuda mulai tersingkir dan jarang ditemukan lagi. Kalau masih ada, kereta kuda hanya ditemukan di kota-kota tertentu dan hanya digunakan sebagai kendaraan wisata.

Kuda masih ada

Meskipun kita jarang memelihat kuda, hewan kuda di Indonesia belum punah. Menurut hasil sensus hewan ternak oleh Badan Pusat Statistik, jumlah kuda di Indonesia saat ini masih lebih dari 436.000 ekor.

Kuda-kuda  tersebut tersebar hampir di seluruh provinsi, kecuali Papua Barat dan Kepulauan Riau. Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan tiga provinsi yang memiliki jumlah kuda cukup banyak.

Mengapa di daerah tersebut populasi kuda masih berkembang? Sebab di daerah tersebut masih banyak padang rumput atau sabana. Seperti kita ketahui, padang rumput merupakan habitat yang nyaman bagi kawanan kuda. Di padang rumput yang luas, kawanan kuda bisa merumput dengan kenyang, berlari-lari dengan leluasa, dan berkembang biak dengan cepat.

Di Sulawesi Selatan, kuda banyak ditemukan di daerah Jeneponto. Di NTB, kuda banyak ditemukan di Pulau Sumbawa. Sedangkan  di NTT, kuda banyak ditemukan di Pulau Sumba.

Di  Sumba

Di Pulau Sumba, kuda masih lazim digunakan sebagai hewan transportasi bagi penduduk yang tinggal di desa-desa terpencil. Penduduk menunggang kuda untuk pergi ke ladang, mengangkut hasil bumi, mengambil air dari sungai, juga untuk ritual perang adat  di atas kuda (pasola) serta lomba pacuan kuda (palapang njara).