Penyebar Awan dan Bangsa Bintang

By Vanda Parengkuan, Selasa, 17 April 2018 | 12:00 WIB
Penyebar Awan bertemu dengan Dewi Nemissa. Ketika diajak ke kahyangan tempat bangsa bintang, Penyebar Awan bertemu ksatria bangsa bintang. (Vanda Parengkuan)

Nemissa menambah sedikit pancaran cahaya dari tubuhnya. Pemuda itu kini bisa melihat keadaan di sekitarnya. Tampak makhluk-makhluk bercahaya lainnya di tempat itu. Mereka tentu rakyat bangsa bintang, pikir pemuda itu. Di situ juga ada beberapa bangunan yang mirip rumah-rumah di kampungnya.

“Nemissa!”

Tiba-tiba terdengar suara yang menggelegar. Saking kerasnya, pemuda itu sampai takut kalau kubah kristal itu pecah. Di saat yang sama, muncullah seorang pria besar dan gagah. Mungkin ia ksatria dari bangsa bintang, pikir pemuda itu. Di tangannya terdapat busur besar serta anak panah yang mirip kilat. Sebuah komet berputar-putar di sekitar kepalanya, dan ia menepuknya dengan mudah seperti menepuk lalat.

“Nemissa! Beraninya kau membawa manusia bumi kemari. Apakah kau sudah lupa peraturan kita?”

Nemissa tampak sedikit takut. Cahayanya meredup. Sementara pria besar itu bersinar bagai bola api karena marahnya. Si pemuda Indian agak takut, karena ia tidak membawa senjata sama sekali. Ia berdoa di dalam hati. Tiba-tiba ia teringat, bahwa sinar bintang biasanya akan redup bila tertutup awan pekat sebelum hujan turun. Pemuda itu segera berdiri tegak di depan ksatria bintang itu. Ia lalu menggerakkan kedua tangannya seperti sedang menutup tirai di jendela.

Tiba-tiba sinar dari ksatria bintang itu menjadi redup. Redup seperti terhalang awan. Nemissa melihat pemuda itu dengan takjub.

“Kau memang pemberani, seperti yang sudah kuduga. Dan kau pantas dinamakan Penyebar Awan. Kau seperti awan yang bisa meredupkan cahaya bintang.”

“Benarkah?”

Penyebar Awan kaget karena ia merasa dirinya hanya manusia bumi tanpa kesaktian. Ucapan Nemissa membuat ia mulai berani.

Akhirnya Penyebar Awan tinggal di kahyangan bersama Nemissa sepanjang tahun. Tugasnya adalah membantu meredupkan cahaya bintang yang terlalu terang atau panas bagi manusia bumi. Ia menjadi seperti awan yang bisa menghalangi cahaya bintang. Penyebar Awan menjadi manusia pertama yang ikut mencampuri urusan dewa-dewi.

Di akhir tahun, tibalah saatnya bagi Penyebar Awan untuk kembali ke bumi. Ia berjanji untuk kembali ke kahyangan kapan saja bila Nemissa membutuhkannya. Ia meluncur turun di pancaran sinar bintang yang jatuh didekat kampungnya. Sejak itu, setiap malam, Penyebar Awan memandang ke langit untuk melihat tanda. Jika ada bintang jatuh, itu artinya Dewi Nemissa datang untuk menjemputnya kembali.

Sumber: Arsip Bobo. Diterjemahkan oleh Aby Tumengkol.