Impian Cissy

By Sylvana Toemon, Senin, 12 Maret 2018 | 08:00 WIB
Impian Cissy (Sylvana Toemon)

Salah satu kenalan sang kolektor adalah seorang pemahat ternama. Dia begitu mengagumi lukisan itu, sampai ia membuatkan patung perunggu tentang bidadari dan angsa. Wajah patung itu sangat cantik jelita. Banyak orang yang mengagumi kecantikan gadis dalam pahatan perunggu itu. Masyarakat memujinya sebagai sebuah mahakarya.

Ketenaran patung Bidadari dan Angsa terdengar oleh seorang penulis mashyur. Kisah bidadari dan angsa itu mengilhaminya untuk menulis sebuah buku. Buku itu bercerita tentang percintaan seorang bidadari dan pangeran tampan yang dikutuk menjadi angsa. Kisah itu tiba-tiba menjadi luar biasa terkenal.

Seorang sutradara opera menuangkan kisah itu ke dalam naskah drama untuk dipentaskan. Dia minta bantuan seorang komponis hebat di negeri itu untuk membuatkan simfoni orkestranya. Simfoni itu sangat indah. Sehingga mengilhami seorang penari terkenal untuk menciptakan tarian Bidadari dan Angsa. 

Dalam pementasan, sang bidadari diperankan oleh seorang aktris cantik yang berbakat. Pementasan perdana disaksikan keluarga istana. Pementasan itu sukses besar. Kisah drama yang terkenal itu pun dipentaskan ke seluruh penjuru negeri. Pertunjukannya sukses di setiap kota dan desa yang disinggahi.

Ketika teater keliling itu mengadakan pertunjukkan di desanya, Cissy dan teman-temannya tak mau ketinggalan. Mereka menonton pertunjukkan itu beramai-ramai. Mereka sangat terpesona pada pertunjukan itu. Terutama pada tokoh bidadari yang cantik jelita.

“Wah, seandainya aku bisa memerankan tokoh bidadari secantik itu!” gumam Loly pada teman-temannya. Mereka baru saja pulang dari menonton pertunjukan.

“Huuu… bidadari itu cantik jelita! Kau jadi angsanya saja!” sahut Myrna. Teman-temannya langsung menyambut dengan gemuruh tawa.

“Wah, bicara soal angsa, aku jadi teringat pada angsaku di rumah!” teriak Cissy tiba-tiba. Angsa yang dua tahun lalu diselamatkannya di tepi danau kini dipeliharanya di rumah. “Aku belum memberinya makan!” Cissy langsung terbirit-birit pulang. Teman-temannya riuh tertawa.

“Ha…ha…ha…Cissy! Cissy! Walaupun kau pelihara angsa itu sampai tua, dia tak akan pernah menjelma menjadi pangeran!” teriak Loly.

Hihihi… Cissy ikut tertawa. Walau angsa itu tak akan pernah berubah menjadi pangeran, tetapi Cissy senang memeliharanya.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Dwi Pujiastuti