Lukisan Kucing

By Sylvana Toemon, Kamis, 15 Maret 2018 | 12:00 WIB
Lukisan kucing (Sylvana Toemon)

Samuel memandangi lukisan kucing ke-50 di depannya.

“Kucing lagi?” tanya Ramanta sinis. “Tidak adakah gambar lain yang bisa kaulukis?”

Samuel diam.

“Huh, semua kucing!” gumam seorang pengunjung.

“Ada lukisan lain?” tanya pengunjung lain.

Samuel menggeleng. Samuel sendiri tak mengerti kenapa dia suka melukis kucing. Mungkin karena bisikan aneh yang didengarnya.

“Samuel, suatu hari kamu akan kaya raya. Tapi, ada satu syarat. Kamu tak boleh melukis apa pun selain kucing.”

Awalnya, Samuel tak percaya. Tapi, bisikan itu terus mengganggunya. Sayang, sudah setahun Samuel melukis, tak satu pun lukisannya terjual.

Suatu hari penduduk kota heboh. Ada serbuan tikus di kota itu. Di mana-mana ada tikus, bahkan di jalanan. Segala macam cara dicoba, namun gagal.

“Kita harus menemukan cara ampuh untuk mengusir tikus-tikus menyebalkan itu,” kata seorang penduduk.

Samuel juga pusing dengan ulah para tikus. Selama ini dia tak punya waktu untuk membersihkan rumahnya. Rumah Samuel hampir menyerupai kerajaan tikus.

Pagi itu Samuel termenung sambil menyusun lukisan-lukisan kucingnya. Dia tak punya uang lagi untuk membeli peralatan melukis.