Bola Perak Ajaib

By Sylvana Toemon, Rabu, 7 Maret 2018 | 08:00 WIB
Bola perak ajaib (Sylvana Toemon)

Matahari bersinar hangat. Angin  bertiup sepoi-sepoi. Di sebuah hutan kecil, seorang anak laki-laki sedang tertidur lelap. Nama anak itu adalah Peter. la tinggal bersama ibunya di sebuah rumah tak jauh dari hutan itu.

Hari itu Peter membolos lagi. Ia malas bersekolah. Ia lebih suka mencari kayu di hutan. Usai mengumpulkan kayu, biasanya Peter duduk melamun di bawah sebatang pohon. Ia mengangankan dirinya menjadi pemuda gagah. Seringkali, ia tertidur karena capek berangan-angan. Tiba-tiba seorang perempuan tua membangunkannya. Nenek itu tampak aneh. Pakaian dan tatapan matanya terlihat ganjil.

“Jangan takut, Peter. Aku ke sini untuk memberimu hadiah istimewa. Apakah kau masih ingin menjadi seorang pemuda gagah?” tanya Nenek itu sambil tersenyum ramah.

Nenek itu lalu menunjukkan sebuah bola perak kecil pada Peter. Permukaan bola perak itu berlubang kecil. Tampak ujung sehelai benang emas menyembul dari dalam lubang itu.

“Peter. Bila kau ingin waktu berlalu,tariklah benang ini.”

“Wow! Apakah dengan menarik benang itu aku bisa berubah menjadi seorang pemuda gagah, Nek?” tanya Peter.

“Tentu. Tetapi, jangan terlalu sering dan terlalu panjang menarik benang ini. Sebab, benang yang sudah kautarik tak bisa kaugulung lagi. la akan lenyap seperti asap. Nah, apakah kau mau bola ini, Peter?” tanya Nenek.

Peter mengangguk penuh semangat. Sebelum menghilang, Nenek itu berpesan,“Sebaiknya jangan kautarik benang ini agar kau bisa hidup seperti orang biasa. Tetapi, semuanya terserah padamu. Pilihlah yang terbaik menurutmu.”

Esok paginya, Peter membawa bola perak itu ke sekolah. Ia tak berani mengutak-atik bola peraknya. Namun, pikirannya selalu tertuju pada bola perak itu. Akibatnya, ia dihardik gurunya karena tak memperhatikan pelajaran. Peter malu dan kesal. Ia lalu menarik benang ajaibnya. Sekejap kemudian, waktu berlalu. Tiba-tiba sudah waktunya pulang sekolah.

Sejak itu Peter semakin tak ingin bersusah payah. Ia selalu menarik benang ajaibnya bila sedang berada dalam kesulitan. Ia juga menarik benangnya agar liburan-liburan sekolahnya cepat tiba.

Setelah bosan liburan, Peter ingin menjadi seorang pemuda gagah. Maka, ditariknya benang ajaib itu hingga benang terulur cukup panjang. Ia langsung berubah menjadi pemuda gagah. Lalu menikah dengan Lisa, teman sekelasnya.

Namun, kebahagiaan Peter tak berlangsung lama. Anak sulungnya lahir dan muncullah kesulitan baru. Bayi itu selalu merengek dan menangis. Peter tak tahan menghadapinya.

la pun menarik benang ajaibnya. Waktu berlalu. Anaknya kini tumbuh menjadi seorang pemuda gagah.Sementara itu, Peter juga berubah menjadi tua. Rambutnya mulai memutih dan tubuhnya bongkok. Peter tak kuat lagi bekerja. Sehari-hari, ia hanya duduk di beranda sambil mencemaskan dirinya.

“Oh, hidupku tak akan lama lagi. Sebentar lagi, aku pasti mati,” ujar Peter sambil menimang bola peraknya yang semakin ringan.

Peter tak ingin lagi berpikir ke depan. la takut menghadapi kematiannya. la lalu menengok masa lalunya. Malangnya, ia tak punya kenangan manis. Sebab, perjalanan hidupnya amat singkat. Ia hanya bisa menyesali nasibnya.

Tiba-tiba, Peter teringat pada hutan kayu di masa kecilnya. la lalu pergi ke sana dengan tertatih-tatih. Peter ingat, di situ dulu ia bersua dengan Nenek yang memberinya bola perak.

“Ah, andai aku bisa berjumpa lagi dengannya,” desah Peter. Tiba-tiba, Nenek aneh itu muncul di hadapannya.

“Hai, Peter! Kau kini tampak tua dan murung. Apakah kau tidak bahagia dengan hadiahku?” tanya Nenek.

Peter menggeleng dengan sedih.

“Karena hadiahmu, aku telah menyia-nyiakan hidupku. Aku hanya menjadi orang tua yang tak berarti,” tutur Peter.

“Hmm... Hidup ini memang penuh dengan persoalan, Peter. Jangan mencoba menghindarinya, tetapi hadapilah. Kalau hal itu kau jalani,niscaya kau akan punya kenangan manis,” nasihat Nenek.

Lalu, Nenek itu berkata lirih, “Aku pun menyesal karena bola perakku ternyata tak membahagiakan dirimu, Peter. Nah, sebagai gantinya kau boleh meminta satu permintaan lagi!”

Peter terlonjak senang mendengarnya. Ia ingin kembali menjadi Peter yang masih anak-anak.Kali ini dia bertekad akan menjalani hidupnya sebaik mungkin.

Sang Nenek tersenyum mendengarnya. Ia mengabulkan permintaan Peter lalu menghilang.

Tiba-tiba Peter tersentak seperti baru terbangun dari mimpi buruk. Tiba-tiba saja, ia mendapati dirinya sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Ibunya sedang duduk dengan cemas di sisinya.

“Oh, syukurlah kau telah sadar, Nak. Badanmu tadi demam dan kau terus mengigau tentang bola perak dan benang ajaib,” ucap ibu Peter lega.

“Apakah aku tidak berubah menjadi tua, Ibu?” tanya Peter. Ibunya menggeleng.

“Apakah Lisa tidak menjadi tua juga?” tanya Peter lagi. “Tentu saja tidak. la sedang menunggumu di dapur, ” sahut ibunya sambil tersenyum.

Oh, betapa lega hati Peter. Ternyata, ia cuma bermimpi buruk! Namun, ia tak melupakan janjinya. Kali ini, ia akan menjadi anak yang baik! Peter berlari ke dapur. Di sana, Lisa sahabatnya, menyambutnya dengan mata berbinar.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Anita.