Kain Lap yang Hilang

By Sylvana Toemon, Selasa, 24 April 2018 | 10:00 WIB
Kain Lap yang Hilang (Sylvana Toemon)

Maya mengangguk dengan takut. “Aku mau kain lapku, uhuu-huu…” Obit menangis.

Mama mengambil gunting dari tangan Maya dan Maya pun mulai menangis.

“Aku nggak mau pakai daster! Daster jelek! Aku mau pakai celana tidur seperti Obit!” kata Maya tersengguk-sengguk.

“Ya, tapi, kau tak usah menggunting dastermu!” kata Mama lagi masih dengan marah. Maya memandang guntingan daster yang masih di pegangnya.

“Ayo, berdua keluar! Mama mau bicara!” Obit dan Maya duduk lagi di bangku. Mosi-Mosi masih tidur di bangku itu. “Siapa yang mengajarimu menggunting baju?” tanya Mama.

“Obit enggak bisa tidur, Ma! Kain lapnya hilang!” sahut Maya.

Papa juga mulai mengomel, “Papa dan Mama juga tahu! Kan, lebih baik kalau kau…” Papa tak bisa melanjutkan kata-katanya. Dia menunjuk ke Mosi-Mosi yang terbangun dari tidurnya. Mosi-Mosi meregangkan badannya.

“Lihat!” kata Papa, “Mosi-Mosi tidur di atas kain lap Obit!”

Obit buru-buru mengambil kain lap itu. “Sekarang kau punya dua kain lap,” kata Maya.

Mama menarik napas panjang. “Mama pusing punya anak-anak seperti kalian!”

“Papa ada ide,” kata Papa. “Minggu ini, Maya harus tetap pakai daster yang bolong itu!”

Bibir Maya mulai gemetar. Ia hampir mulai  menangis lagi, “…Tapi, setelah itu Mama akan membelikan celana tidur yang baru untukmu!”

Ketika Maya berbaring di tempat tidurnya lagi, dia meraba dasternya yang bolong. Maya merasa tidak seneng, tapi ia lalu cepat-cepat membayangkan celana tidur baru yang akan Mama belikan nanti. Ia masih harus tidur beberapa malam lagi dengan daster itu. Baru kemudian dia akan mempunyai celana tidur yang baru. Dan Obit? Obit sudah tidur nyenyak sambil memegang dua kain lap.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Tineke Latumeten.