Roti buaya adalah salah satu hal yang lekat dengan budaya masyarakat Betawi. Membawa roti buaya dalam serah-serahan ke rumah calon pengantin wanita merupakan salah satu kegiatan wajib bagi masyarakat Betawi.
Roti berukuran besar
Secara umum, roti buaya adalah roti manis yang sangat lekat dengan budaya Betawi. Masyarakat Betawi pada umumnya menetap di Jakarta. Biasanya dalam acara lamaran atau pernikahan Betawi, pihak calon pengantin laki-laki akan membawakan roti buaya bagi calon pengantin perempuan. Selain itu, roti buaya juga seringkali dibawa dalam acara kenduri.
Normalnya, roti buaya ini berukuran cukup besar. Ukuran roti buaya biasanya mencapai 100 sentimeter.
Makna roti buaya
Makna utama roti buaya adalah kesetiaan. Masyarakat Betawi mendapatkan inspirasi dari kehidupan buaya. Buaya adalah hewan yang setia dan juga panjang umur. Dengan membawakan roti buaya kepada calon pasangan, diharapkan akan membawa nasib baik terutama panjang umur dan sekaligus melambangkan kesetiaan dalam hidup.
Selain itu, buaya merupakan hewan yang kuat dan selalu berjuang untuk bertahan hidup. Hal ini juga sekaligus menjadi harapan masyarakat Betawi agar mereka mampu bertahan hidup di mana pun berada.
Roti buaya yang berukuran lebih kecil
Nah, selain sepasang roti buaya berukuran besar, biasanya ada juga roti-roti buaya berukuran kecil. Selain 100 sentimeter, biasanya masyarakat Betawi juga akan membawa roti buaya berukuran 50 sentimeter dan 20 sentimeter, kemudian meletakkannya di atas roti buaya yang lebih besar. Hal ini sebagai simbol bahwa sebagai keluarga mereka akan terus setia, kuat, dan terus bersama hingga memiliki anak cucu di kemudian hari, teman-teman!
Juga diberikan kepada kerabat atau saudara yang belum menikah
Tetapi, selain diberikan kepada calon pengantin wanita, roti buaya juga bisa diberikan kepada kerabat atau saudara yang belum menikah, lo! Makna dari pemberian ini adalah agar mereka yang belum menikah juga mendapatkan nasib baik.