Kan Kusediakan Waktu

By Sylvana Toemon, Sabtu, 12 Mei 2018 | 02:00 WIB
Kan Kusediakan Waktu (Sylvana Toemon)

"Mama mengerti," ujar Mama. "Mama senang kau ikut banyak kegiatan. Tapi Mama lebih senang kalau kau juga punya waktu luang untuk adikmu. Jangan sampai kau melupakannya!"

Ah, Mama ada-ada saja! Tentu saja aku tak melupakan Aya! Dia, kan, adikku satu-satunya. Aku sayang padanya!

Sering sekali Mama mengada-ada. Masa, Mama pernah mengusulkan agar aku mengajak Aya ke tempat les piano dan tari Bali. Itu, kan, hanya merepotkanku saja. Apalagi kalau mengajaknya renang. Uh, bisa-bisa waktuku habis untuk mengawasinya!

Kadang-kadang aku sadar Aya kesepian. Tetapi dia terlalu kecil untuk jadi teman bermainku. Bila hari Minggu, aku lebih suka bermain-main dengan teman-teman sebayaku. Padahal aku tahu Aya ingin berada di dekatku. Aya begitu bangga padaku.

Ah, memikirkan Aya, aku jadi sedih. Sepulang les, aku berjanji akan menemaninya mengerjakan PR.

Bukan Aya yang kujumpai ketika pulang, melainkan sehelai surat di meja belajarku. Gemetar juga aku membacanya.

Mbak Karin,

Mama Dian juga bisa membantu Dian mengerjakan PR matematika. Tapi, Mbak Riri yang lebih sering membantu. Kenapa Mbak Karin nggak bisa begitu?

Aya tidak akan pulang, Mbak Karin. Aya mau tinggal di rumah Dian saja. Aya mau jadi adiknya Mbak Riri. Bilang sama Mama, ya ....

Kubaca surat pendek itu berulang- ulang. Aku tak tahu mesti melakukan apa.

"Karin!" terdengar panggilan Mama. "Coba kaususul adikmu di rumah Dian! Heran, buat PR saja sampai petang begini!"

Bagai terbang aku ke rumah teman adikku itu. Syukur, Aya mau saja kuajak pulang. Sepanjang perjalanan pulang, kupegang tangan Aya erat-erat. Tak akan kubiarkan ia jadi adik orang lain. Aku, kan, bisa jadi Mbak Riri bagi adikku sendiri.