"Hiii, asyik! Musim duku!" teriak Mira sambil mengacungkan sepucuk surat pada saat istirahat. Teman-teman Mira terperanjat. Huh, tumben betul Mira bertingkah begitu rupa.
"Nenekmu di kampung panen duku ya, Mir?" tanya Sisil.
"O, bukan nenekku! Temanku, Sri," jawab Mira. "Dia punya kebun."
Sri? Siapakah dia? Tak seorang pun teman Mira yang mengenalnya. Teman mereka tak ada yang bernama Sri. Mira lalu menjelaskan, "Sri adalah sahabat baruku."
"O ya?" teman-teman Mira heran.
"Begitulah," kata Mira.
"Dua bulan lalu kami berkenalan, kini suratnya sudah datang."
"Dia baik sekali," kata Ririn.
"Wah, sangat baik," tandas Mira.
"Padahal, aku sendiri sudah hampir lupa."
"Sayang ya Mir."
"Sayang kenapa...?" Mira memandang Sisil.