Di sebuah danau di hutan, hiduplah seekor ular air. Ular Air ini merasa ia adalah penguasa danau itu. Kodok-kodok penghuni danau itu sangat takut padanya. Walau hujan turun, kodok-kodok tak berani menyanyi karena takut Ular Air akan melahap mereka.
Pada suatu hari, seekor ular derik merayap di tepi danau itu. Ular Derik lalu minum dari air danau yang segar. Ular Air melihatnya. Ia sangat marah dan menghampiri Ular Derik.
“Danau ini milikku! Kamu tidak boleh minum di sini! Cepat pergi!” usir Ular Air.
“Danau ini ada di tengah hutan. Semua penghuni hutan boleh minum di sini,” jawab Ular Derik dengan berani.
Rik rik rik… Terdengar bunyi gemerincing dari ekor Ular Derik. Ia memang suka membunyikan ekornya sebagai peringatan agar jangan mengganggunya.
Para kodok mengintip dari balik daun teratai, menonton pertengkaran itu.
“Aku yang paling kuat di danau ini, jadi akulah penguasa danau ini!” marah Ular Air lagi.
“Belum tentu kamu yang paling kuat! Besok, aku akan datang lagi ke sini, dan menantangmu untuk duel. Siapa yang menang, dialah yang akan jadi penguasa danau ini!” kata Ular Derik.
Ular Air menerima tantangan itu. Maka, keesokan harinya, kedua ular itu bertemu lagi di danau itu. Para kodok berkumpul di atas daun-daun teratai. Selama ini, mereka tidak suka pada Ular Air. Maka hari itu, mereka membela Ular Derik.
“Ular Derik, ayo, kalahkan Ular Air!” teriak para kodok. Mereka bahkan sudah membawa beberapa alat musik, untuk memberi semangat pada Ular Derik.
Tak lama kemudian, Ular Air dan Ular Derik mulai berkelahi. Sementara itu, para kodok bermain musik, menyanyi, berteriak-teriak memberi semangat.
“Kwok kwok kwooook… kwok kwok kwoook…”