"Oh, jangan, Yuli. Mulai Sabtu besok Anto dan kamu akan latihan renang lebih keras. Terutama kamu. Ibu sudah meminta Mbak Tris untuk mengajar kalian berdua. Mbak Tris berhasil membina anak-anak untuk berprestasi di kolam renang. Memang honornya lebih mahal, tapi tak apa, asal kalian maju," kata Ibu.
"Tapi, Yuli tidak suka olahraga renang!" kata Yuli.
"Kalau begitu, kamu mau cabang olahraga apa?" tanya Ibu kurang sabar.
"Semuanya tidak. Yuli tidak punya minat untuk berprestasi dalam bidang olahraga," jawab Yuli. "Yuli suka menjahit dan membuat prakarya."
"Ya, ampun anak ini. Sudah disediakan sarana, kok, macam-macam. Kamu ini bagaimana, sih. Ibumu dulu juara bulutangkis, ayahmu juara renang. Masa kamu tidak mau berprestasi dalam bidang olahraga. Sudah, coba saja dulu!" Ibu memutuskan.
Yuli diam, lalu masuk ke kamar. Menangis sendiri. Duh, susahnya punya keluarga yang berprestasi dalam bidang olahraga. Tapi ia sudah berani bersikap terbuka.
Hari Sabtu Yuli tak bisa ke rumah Oma Nani. Dengan wajah murung ia ikut ke kolam renang. Sebelum menukar pakaian, Yuli dan Anto menemui Mbak Tris. Mbak Tris menanyakan dan mencatat data-data kedua anak itu.
Setelah selesai mendata Anto dan Yuli, Mbak Tris berkata pada Ibu, "Maaf, Bu, Anto bisa saya latih, karena minatnya besar untuk menjadi juara. Kalau Yuli tidak. Percuma kalau dipaksakan. Lebih baik ia diarahkan pada bidang yang diminatinya."
Ibu mengucapkan terima kasih. Wajahnya menunjukkan kekecewaan. Sementara Ayah dan Anto berenang, Ibu dan Ella main bulutangkis, Yuli duduk di rumput. Untung ia membawa jahitan. la sedang membuat boneka gajah. Jadi ia bisa menjahit.
Perasaan Yuli mulai senang. Ia menikmati jahitannya. Biar saja Anto dan Ella berolahraga. Bukankah setiap orang bebas mengembangkan minat masing-masing.
Malam harinya Ibu tampak masih murung.
"Mungkin Yuli mau kalau latihan senam!" kata Ibu.