Dahulu kala, ada seorang pencuri barang antik yang mencuri lonceng dari halaman istana. Lonceng itu sudah tua dan tidak diperhatikan lagi di sudut halaman istana. Tumbuhan sulur menutupi sebagian besi-besi penyangga lonceng itu.
Si pencuri mengambilnya, dan bermaksud menjualnya pada seorang kolektor benda antik. Si pencuri membawa lonceng beserta besi penyangganya dengan gerobak. Bagian atasnya ditutupi dengan jerami. Gerobak itu lalu didorong ke dalam hutan.
Di saat si pencuri sedang menutupi gerobak itu dengan semak-semak, tiba-tiba terdengar suara geraman.
“GRRR…”
Ternyata, seekor serigala muncul di situ. Ia memamerkan gigi-giginya yang runcing dan siap menerkam. Pencuri itu sangat terkejut. Ia lari ketakutan meninggalkan lonceng besar itu di antara semak-semak.
Kebetulan, ada beberapa ekor monyet yang melihat lonceng itu. Monyet-monyet ini menarik semak-semak yang menutupi lonceng dan bingung melihat benda itu. Mereka memegang semua bagian lonceng itu.
Salah seekor monyet, mencoba memutar engkol besi yang terletak di samping besi penyangga lonceng. Engkol itu berguna untuk membunyikan lonceng. Dan…
DHONG! DHONG! DHONG!
Lonceng itu bergerak dan berdentang sangat nyaring. Monyet-monyet itu ketakutan dan lari menjauh. Namun, mereka lalu mendekat lagi. Bergantian, monyet-monyet itu lalu mencoba memutar engkol besi. Mereka sangat gembira seperti mendapat mainan baru.
DHONG! DHONG! DHONG!
Berulang-ulang, bergantian, monyet-monyet itu memutar engkol dan membunyikan lonceng. Semakin lama, bunyi dentangnya semakin keras dan terdengar sampai ke desa di tepi hutan. Penduduk desa menjadi sangat ketakutan. Mereka mengira itu adalah bunyi langkah kaki raksasa.
DHONG! DHONG! DHONG!
Sejak hari itu, bunyi itu terdengar setiap hari. Penduduk desa semakin ketakutan. Hanya ada seorang wanita tua yang tidak takut. Namanya Nenek Brevi. Nek Brevi bertubuh besar dan kuat. Ketika masih muda dulu, Nek Brevi bekerja di istana sebagai pembuat roti. Dulu, ia sering mendengar bunyi lonceng itu dari dapur istana.
Dulunya, lonceng itu dibunyikan saat Ratu ingin membagi-bagikan roti untuk warga miskin. Namun sejak Ratu meninggal dunia, lonceng itu tak pernah dibunyikan lagi.
Pada suatu malam, diam-diam, Nek Brevi pergi ke hutan. Ia membawa lentera dan memeriksa apa yang terjadi. Akhirnya, Nek Brevi tahu kalau semua itu adalah ulah para monyet.
Keesokan paginya, Nek Brevi membawa beberapa keranjang berisi buah-buahan. Ia meletakkan keranjang-keranjang buah itu di atas tanah, agak jauh dari tempat lonceng. Nek Brevi lalu bersembunyi lagi.
Tak lama kemudian, monyet-monyet itu melihat keranjang buah-buahan Nek Brevi. Mereka meninggalkan lonceng dan mulai berebutan buah.
Di saat itu, Nek Brevi bergegas mendorong gerobak berisi lonceng itu. Dengan sekuat tenaga, Nek Brevi berhasil mendorong gerobak itu sampai ke desanya. Warga desa sangat terkejut melihat Nek Brevi dan membantunya mendorong gerobak lonceng itu sampai ke rumahnya.
Warga desa tak pernah bertanya pada Nek Brevi, apa yang terjadi di hutan. Nek Brevi pun tidak bercerita apa-apa. Namun, tak lama kemudian, tersiar kabar tentang keberanian dan kepahlawanan Nek Brevi. Rupanya, warga desa mengira Nek Brevi berhasil mencuri lonceng itu dari raksasa di hutan.
(Dok. Majalah Bobo / Folklore)