Pertengkaran Dua Kakek

By Sylvana Toemon, Minggu, 8 April 2018 | 05:00 WIB
Pertengkaran Dua Kakek (Sylvana Toemon)

"Sebaiknya bidangnya dibatasi saja. Misalnya bidang musik dan olahraga!" saran Pak Amin.

Pak Dipo dan Pak Iwan setuju. Pak Sam mengambil kertas dan meminjamkan bolpen. Sesudah mereka menukar kertas yang berisi pertanyaan Pak Dipo berkata, "Aku mau ke bawah, ah. Aku tak mau dekat-dekat kamu. Tak bisa konsentrasi!"

Lalu Pak Dipo turun ke lantai satu. Dan Pak Iwan pergi ke sudut di ruang pertemuan lantai dua. Sementara itu para lamu, para kakek dan nenek terus berdatangan. Hari ini peminat cukup banyak. Mereka akan mendengar ceramah "Bagaimana menjaga kebugaran pada usia lanjut."

Lima belas menit kemudian waktu yang diberikan sudah habis.

Pak Sam meminta Pak Saleh, seorang pakar dalam bidang olahraga dan Ibu Rina, seorang guru musik memeriksa jawaban-jawaban kedua kakek itu.

Ternyata dari 10 pertanyaan yang diajukan Pak Dipo, Pak Iwan yang sarjana teknik itu hanya dapat menjawab 7 pertanyaan dengan tepat. Sedangkan Pak Dipo yang tamatan SMP bisa menjawab semua pertanyaan.

"Makanya, jangan suka merendahkan orang yang berpendidikan rendah!" kata Pak Dipo.

"Ya, aku mengaku salah. Maafkan, rupanya makin tua aku makin bodoh!" kata Pak Iwan.

"Ah, tidak, memang kamu lebih pandai daripada aku, kok. Sebetulnya aku hanya bisa menjawab dua pertanyaan, lainnya aku jawab sesudah melihat buku olahraga dan musik di perpustakaan di bawah!" Pak Dipo menjelaskan rahasianya.

Hadirin tertawa.

"Nah, kalau begitu tak ada soal menang atau kalah. Ternyata Pak Iwan memang cukup luas pengetahuannya. Buktinya bisa menjawab 7 pertanyaan dengan tepat. Dan Pak Dipo juga sangat cerdik karena memanfaatkan perpustakaan," Bu Elvi menengahi.

Pak Iwan menyalami Pak Dipo, dengan jabatan yang erat hangat dan menepuk bahu Pak Dipo.

"Sebenarnya kita berdua juga bodoh, karena bertengkar seperti anak kecil!" kata Pak Dipo.

"Ya, ya, memang benar katamu!" balas Pak Iwan. "Bertengkar itu tak ada gunanya."

Acara pun dimulai. Para manula sibuk mendengarkan ceramah.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna