Wah, Ada Museum Anak-Anak Pertama di Yogyakarta, Lo!

By Yomi Hanna, Kamis, 18 Mei 2017 | 03:50 WIB
Museum anak kolong tangga. (Foto: yogyakarta.panduanwisata.com) (Hanna Vivaldi)

Tahukah teman-teman, di Yogyakarta ada museum anak-anak pertama di Indonesia, lo.

Namanya Museum Anak Kolong Tangga. Kenapa namanya seperti itu ya? Ternyata karena letak museum itu ada di bawah kolong tangga concert hall Taman Budaya Yogyakarta. Museum ini ada berkat gagasan Rudi Corens, seorang pria berkebangsaan Belgia bernama Rudi.

Mainan tradisonal mulai dilupakan

Teman-teman tahu, kalau dunia anak dan mainan itu memang dua hal yang sulit dipisahkan, karena biasanya anak-anak seperti kita pasti senang bermain.

Waktu berlalu, zaman semakin berkembangan dan teknologi pun semakin meningkat. Ini membuat banyak permainan tradisional yang semakin dilupakan dan jumlahnya pun sudah berkurang.

Permainan tradisional merupakan permainan yang sudah ada sejak dulu dan biasanya mencirikan kebudayaan lokal atau budaya asli setempat. Permainan tradisional juga kebanyakan permainan berkelompok yang melibatkan aktivitas fisik dan banyak gerak.

Agar permainan tersebut tidak menghilang dan terlupakan di masa kini, maka Corens yang memang sudah lama tinggal di Indonesia mendirikan museum untuk anak-anak.

Koleksi mainan di museum anak-anak

Museum anak-anak ini memiliki banyak sekali mainan yang jumlahnya mencapai 1.000 koleksi yang terdiri dari maianan, buku cerita, poster, gambar, dan masih banyak lagi. Isinya tidak hanya berasal dari Indonesia, tetapi juga dari benua lain.

Kebanyakan mainan yang ada di museum ini adalah mainan tradisional yang mengandung unsur budaya, tradisi, dan bahkan mainan yang mengandung mitos zaman dulu.

Beberapa jenis mainan yang bisa kita lihat adalah kuda-kudaan dari kayu, mainan motor kayu, rumah-rumahan yang berukuran kecil (miniatur), gasing dari berbagai negara, layang-layang, dan masih banyak mainan lainnya.

Jadi, di museum ini kita bisa belajar tentang sejarah dan perkembangan mainan-mainan yang ada sejak dulu hingga adanya mainan modern seperti  saat ini.