Cerita Lezat dari Setusuk Sate Maranggi

By Marisa Febrilian, Selasa, 30 Mei 2017 | 06:51 WIB
Sate Maranggi siap disantap! Yummy.. (Marisa Febrilian)

Sate Maranggi. Sate asli Purawakarta ini memang terkenal dengan kelezatannya. Tetapi, bagaimana asal-usul dari sate Maranggi, ya?

Perpaduan budaya

Di balik lezatnya rasa sate maranggi, terdapat cerita menarik di dalamnya. Siapa yang tahu, rupanya makanan yang banyak ditemukan di Jawa Barat ini, terdapat percampuran budaya di dalamnya.

Yup! Awalnya, pedagang sate maranggi adalah pendatang dari negeri Cina yang kemudian menetap di Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat.

Rasa rempah yang kaya dari sate maranggi menjadi salah satu ciri, kalau makanan ini berasal dari negeri Cina.

Dulu, daging yang digunakan untuk sate maranggi bukan daging sapi, kambing atau ayam, melainkan daging babi. Namun, saat ajaran Islam masuk dan banyak penduduk mulai belajar agama islam, daging babi kemudian diganti dengan daging sapi, kambing, dan ayam.

Sudah mendunia

Kelezatan dari sate maranggi ini berasal dari rendaman bumbu rempahnya. Sebelum dibakar, sate maranggi direndam dulu ke dalam bumbu rempah itu.

Selesai dibakar, tak perlu ditambahkan bumbu kacang lagi, cukup santap sate maranggi dengan potongan tomat dan irisan cabai. Keunikan inilah yang membuat sate maranggi berbeda dengan sate lainnya.

Sst! Sate maranggi menjadi salah satu dari 8 jajanan kaki lima paling favorit dalam World Street Congress, di Filipina. Keren!

Begitu juga dengan Sate Maranggi Cibungur milik Ibu Hajjah Yeti yang tak pernah sepi pengunjung. Warung sate miliknya berada di jalan Raya Cibungur, Purwakarta, Jawa Barat.

Khusus saat lebaran, ia bisa menyediakan sampai 1 ton daging. Wow! O iya, seporsi sate maranggi berisi 10 tusuk dan harganya Rp 40.000,-.