Kalau kamu jalan-jalan di Pantai Padang, Sumatera Barat, ada pemandangan aneh yang akan membuatmu sedih. Di sana kamu bakal melihat telur-telur penyu ditumpuk rapi dalam plastik dan dipajang di depan kedai-kedai minum untuk dijual.
Untuk apa telur-telur penyu tersebut?
Hiiks... ternyata telur-telur penyu tersebut untuk direbus dan dimakan. Astaga, kok tega ya mereka ini.
Di Pantai Padang, pedagang telur penyu cukup banyak. Tak kurang ada 25 tempat yang menjajakan telur penyu secara terang-terangan. Anehnya, mereka ini aman-aman saja. Padahal, perdagangan telur penyu termasuk hal yang dilarang karena bisa membuat penyu punah.
Telur-telur penyu ini didatangkan dari Kabupaten Pesisir Selatan dengan harga 5 ribu rupiah perbutir dan dijual kepada konsumen seharga Rp7.000 per butir.
Setiap pedagang bisa menjual 70 butir per-hari, sehingga rata-rata penjualan telur penyu di Pantai Padang diperkirakan lebih dari 1.750 butir per-hari.
Perdagangan telur penyu terbesar
Konon, perdagangan telur penyu di Pantai Padang merupakan yang terbesar di dunia. Makanya, pencarian dan pengambilan telur penyu secara semena-mena terjadi di banyak pulau tempat penyu bertelur sering terjadi.
Para pencari telur ini tidak peduli dengan lingkungan dan habitat penyu, yang penting mereka harus mendapatkan telur-telur penyu tersebut.
Menurut data, telur penyu yang diperdagangkan tidak sebanding dengan upaya konservasi yang dilakukan. Upaya konservasi penyu di pusat penangkaran Desa Apar, Kecamatan Pariaman Utara, dan Pulau Krabak, Kabupaten Pesisir Selatan, masing-masing hanya bisa menetaskan sekitar 380 telur saja perbulan.
Sementara, perdagangan telur penyu bisa mencapai ribuan perhari. Sungguh menyedihkan nasib telur-telur penyu ini.
Padahal, seharusnya semua orang tahu kalau telur-telur penyu ini mestinya tidak boleh diperdagangkan karena telah dilindungi oleh undang-undang.