Petani Tua dan Putrinya

By Sylvana Toemon, Rabu, 16 Mei 2018 | 12:00 WIB
Petani Tua dan Puterinya (Sylvana Toemon)

"Selamat bekerja!" kata petani.

"Terima kasih! Kau mau ke mana?" jawab laki-laki itu.

"Aku sedang nencari putriku," kata petani.

"Nah, akulah menantumu," kata laki-laki itu. "Ayo, kita ke rumahku!" ajaknya.

Dia pun sampai di rumah putrinya, yang bersuamikan tukang batu itu. Rumah mereka kotor dan jorok. Panci-panci, piring, mangkok dan meja, semua menjijikkan. Di lantai rumah banyak betebaran rumput. Putrinya menghidangkan makanan untuknya, tapi tidak dimakannya, karena terlalu kotor. Di dalam hati dia berkata, "Ini tentu putriku yang berasal dari kambing."

Dia pun pamit dari putri dan menantunya itu, dan melanjutkan perjalanan untuk mencari putrinya yang asli.

Dalam perjalanan dia pun bertemu dengan seorang laki-laki yang sedang menebang kayu di dalam hutan. Laki-laki itu bertanya, "Mau ke mana, Pak?"

Petani itu menjawab, "Aku sedang mencari putriku."

Penebang kayu langsung mengenalinya sebagai mertuanya. "Nah," katanya, "akulah menantumu. Tidak kenal lagi kepadaku?"

Petani lalu diajak ke rumahnya untuk menemui istrinya.

Istrinya menyambut kedatangan ayahnya. Tapi dia tak hentinya meringis dan ketawa. Petani itu pun berkata dalam hatinya, "Ini tentu putriku yang berasal dari kuda!" Dia pun pamit dari menantu dan putrinya lalu melanjutkan perjalanannya.

Akhirnya dia bertemu dengan seorang laki-laki yang sedang membajak ladangnya. Laki-laki itu ternyata menantunya. la langsung mengenali ayah mertuanya. "Mau ke mana, Pak?" tanya laki-laki itu.

"Aku sedang mencari putriku," jawab petani. "Nah," kata menantunya, "akulah menantumu. Mari kita ke rumah!"

Ketika mereka tiba di rumah, putrinya langsung menyambut petani itu dengan penuh haru dan gembira. Di rumah itu semua kelihatan bersih, rapi dan menyenangkan. Tentu saja dia ingin menginap di situ bersama istrinya. Petani itu pun segera pulang menjemput istrinya lalu bersama-sama mereka kembali ke rumah menantu mereka dan putrinya yang sebenarnya.

Demikianlah mereka menginap di sana beberapa waktu lama. Dan selama mereka menginap di sana, mereka mengalami hari-hari yang menyenangkan.

Sumber: Arsip Bobo.