Memahat Batu

By Sylvana Toemon, Sabtu, 24 Maret 2018 | 02:00 WIB
Memahat batu (Sylvana Toemon)

“Hari ini giliran memahat batu, ya?” tebak Runi.

“Benar sekali. Apakah kamu mau mencoba?” tanya Pak Bambang sambil menyodorkan pahat dan palu.

Runi segera menyambut pahat dan palu itu. Tanpa memerhatikan apa yang disampaikan Pak Bambang, Runi memukulkan palu ke pahat. Duk! Duk! Duk!

“Stop!” seru Pak Bambang tegas.

Runi menghentikan pukulannya sambil memandang Pak Bambang dengan wajah heran.

“Kita harus memakai kacamata pelindung dan masker dulu sebelum memahat batu,” ujar Pak Bambang.

“Ooo… Kacamata dan maskernya untuk memahat batu? Aku pikir itu kacamata dan masker biasa,” kata Runi sambil menggaruk kepalanya.

 Setelah memakai kacamata dan masker, Runi kembali memukul-mukul pahat ke batu. Duk! Duk! Duk! Akhirnya ada bagian kecil batu itu yang tercungkil.

“Horeeee!” teriak Runi gembira.

“Runi, ada apa?” tanya Rudi yang datang sambil berlari.

“Runi? Rudi? Kalian di mana?” tanya Datuk yang berjalan tertatih-tatih dengan menggunakan tongkatnya.

“Lihat, aku bisa memahat batu,” pamer Runi sambil menunjuk cuwilan kecil di batu.