Negeri di Balik Tirai Jingga

By Putri Puspita, Selasa, 8 Agustus 2017 | 04:00 WIB
Tirai Jingga (Putri Puspita)

Tuan Putri sedang bermain-main di taman pagi itu. Bunga-bunga  bermekaran, kupu-kupu pun datang berkejar-kejaran. Taman warna-warni sangat cantik. Tuan Putri bermain bersama para kupu-kupu. Ada yang hinggap di tangannya, ada juga yang beterbangan di atas kepalanya. Senyum Tuan Putri begitu ceria pagi itu. Seekor kupu-kupu cukup besar berwarna jingga hinggap di bunga dekat Tuan Putri.

“Wah, indah sekali kamu kupu-kupu!’ kata Tuan Putri.

“Mari hinggap di tanganku,” katanya lagi.

Ketika Tuan Putri menjulurkan tangannya, kupu-kupu itu malah terbang lagi. Tuan Putri yang begitu suka warna jingga pun mengejar kupu-kupu itu sambil tertawa-tawa senang. Kadang kupu-kupu jingga bermain di atas kepalanya, kadang juga beterbangan di depan mata Tuan Putri. Namun, kupu-kupu cantik ini tidak mau hinggap di tangan Tuan Putri.

Tuan Putri terus berlari mengejar sambil bermain-main dengan kupu-kupu jingga yang cantik. Hingga akhirnya kupu-kupu itu hinggap di sebuah gubuk kecil. Tuan Putri baru sadar bahwa di dekat taman bunga istana ternyata ada gubuk.

“Mungkin tempat istirahat para tukang kebun,” kata Tuan Putri.

Pelan-pelan ia mendekati pintu gubuk itu karena kupu-kupu jingga hingga di sana.

Haop!

Kriaaat…

Bukan kupu-kupu yang hinggap, tetapi gerakan Tuan Putri membuat pintu kayu gubuk itu terbuka.

“Waaaahhhhh….” kata Tuan Putri terkejut.

Dari luar, gubuk itu sangat sederhana, tetapi di dalamnya sangat cantik. Semua berwarna jingga. Mulai dari meja, kursi, dan peralatan lainnya, termasuk tirai.