4 Fakta Sejarah yang Terjadi di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta

By Sigit Wahyu, Jumat, 18 Agustus 2017 | 05:50 WIB
Detik-detik pengibaran Bendera Pusaka Merah Putih (Sigit Wahyu)

Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan peristiwa bersejarah yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Di balik persiapannya yang menegangkan, ada 4 fakta lain yang melengkapi peristiwa bersejarah itu.  

1. Setelan Putih

Beberapa menit menjelang detik-detik proklamasi yang akan dimulai jam 10.00 pagi, Bung Karno masih di dalam kamar. Ia tidak mau membacakan proklamasi tanpa kehadiran Bung Hatta. Lima menit sebelum dimulai, Bung Hatta sampai di rumah Bung Karno dengan setelan baju serta celana putih-putih dan langsung menjemput Bung Karno di kamarnya. Bung Karno tampak letih karena kurang tidur. Ia segera bangkit, lalu mengenakan setelan baju celana putih-putih dengan peci hitam. Dengan seragam putih-putih Bung Karno dan Bung Hatta keluar rumah menuju teras untuk memimpin upacara Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

2. Diabadikan Dalam 3 Kali Jepretan Kamera

Peristiwa besar dan bersejarah proklamasi kemerdekaan RI ternyata hanya diabadikan dalam tiga kali jepretan kamera fotografer Frans Mendur. Hal itu terjadi karena semua dilakukan terburu-buru dan dalam suasana tegang, sehingga mereka lupa menghubungi Soetarto, seorang fotografer dari  ANIF (Algemeen Nederlandsch Indisch Filmsyndicaat). Syukurlah ada fotografer Frans Mendur yang berada di lokasi. Sayangnya, Frans Mendur tinggal memiliki tiga plat film. Sehingga dari seluruh peristiwa bersejarah itu, hanya terapat tiga foto bersejarah, yakni saat Bung Karno membacakan teks proklamasi, pada saat pengibaran bendera, dan foto sebagian peserta upacara.

3. Pidato Bung Karno Sebelum Membacakan Proklamasi

Sebelum membacakan proklamasi, Bung Karno berpidato sebagai berikut:

"Saudara-saudara sekalian, saya telah meminta saudara hadir di sini untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita, bangsa Indonesia telah berjuang, untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan, telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya, ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam zaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakikatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya pada kekuatan sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kekuatannya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia. Permusyawaratan itu seia sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu."

Selesai membaca teks proklamasi Bung Karno mengajak semua yang hadir untuk berdoa bagi keselamatan bangsa Indonesia.

4. Barisan Pelopor Terlambat

Setelah upacara proklamasi dilaksanakan, ada sepasukan barisan pelopor yang berjumlah sekitar 100 orang datang terlambat. Mereka kecewa karena tidak dapat mengikuti detik-detik proklamasi yang bersejarah itu. Mereka meminta Bung Karno untuk mengulangi lagi membacakan proklamasi. Tetapi Bung Karno menolak, karena proklamasi hanya diucapkan satu kali dan berlaku selama-lamanya.