Binatang Kesayangan Dewa

By Sylvana Toemon, Sabtu, 10 Maret 2018 | 04:00 WIB
Binatang Kesayangan Dewa (Sylvana Toemon)

Dahulu kala sapi merupakan  binatang yang paling disayangi  para dewa. Hidup mereka serba enak. Mereka tidak perlu menarik pedati, membajak sawah, atau dibunuh manusia karena dagingnya dijadikan lauk seperti sekarang. Sapi-sapi itu tinggal di sebuah padang rumput yang segar di pinggir hutan. Mereka minum dan bersantai di sebuah telaga yang terletak tak jauh dari situ.

Setiap hari seorang dewi jelita utusan dewa turun dari kahyangan. Dewi Starda namanya. Ia bertugas mengurus keperluan para sapi. Seusai melakukan tugasnya, Dewi Starda kembali ke kahyangan.  Suatu hari, Dewi Starda berpesan pada Kumba, salah seekor sapi, “Kumba, jika aku tak ada di sini dan teman-temanmu butuh bantuanku, panggillah aku. Melenguhlah sebanyak tiga kali. Aku akan segera datang ke sini.”

Kumba merasa bangga sekali. Karena dia dipilih dan dipercaya oleh Dewi Starda. Rasa bangganya semakin bertambah ketika Dewi itu berpesan lagi padanya,“Kamu kuberi keajaiban agar suaramu bisa kudengar dari kahyangan. Tetapi, ingatlah! Kau hanya boleh memanggilku kalau ada perkara yang penting sekali!”

“Terima kasih, Dewi. Saya akan selalu ingat pesan itu,” jawab Kumba.

Dewi Starda lalu terbang ke kahyangan. Sejak itu Kumba jadi perantara teman-temannya. la memanggil Dewi Starda bila ada temannya yang memerlukan bantuan sang Dewi.

Sayang, lama-lama sifat Kumba berubah. Dia menjadi sombong  karena merasa menjadi yang paling diperlukan di situ. Itu menyebabkan dia tak bisa lagi membedakan masalah. Perkara yang sebenarnya bisa diatasi sendiri, dianggapnya penting sekali, sehingga perlu kehadiran Dewi untuk menyelesaikannya. Seperti yang terjadi sore itu.

Salah satu teman Kumba melapor pada Kumba. Seekor anaknya hilang. Tanpa mencari terlebih dulu, Kumba langsung memanggil Dewi Starda. Dewi itu datang tergopoh-gopoh. Ternyata anak sapi itu tertidur di balik gerombolan pohon perdu yang letaknya tak jauh dari tempat Kumba. Dewi Starda kesal sekali. 

“Kumba, sepertinya kau telah melupakan pesanku. Janganlah berbuat seperti ini lagi, ya,” ujar Dewi.

Akan tetapi, kecongkakan Kumba membuatnya benar-benar lupa diri. Ia seakan lupa pada pesan Dewi Starda. Belakangan, Kumba malah sering mencari-cari alasan agar Dewi Starda muncul di situ. Permintaannya kali ini menyebabkan Dewi Starda marah.

“Dewi Starda, ikan-ikan dalam telaga itu menyebabkan air minum kami menjadi amis. Tolong pindahkan mereka ke tempat lain,” pintanya.

“Kumba, kau benar-benar menyebalkan. Kau menyia-nyiakan kepercayaan yang kuberikan padamu. Bukan menjadi bijaksana karena kupercaya, kau malah menjadi congkak,” jawab Dewi Starda marah. “Berkali-kali aku sudah memaafkanmu. Kali ini aku benar-benar akan menghukummu, Kumba.”

Melihat kesungguhan Dewi Starda, Kumba ketakutan. la merengek-rengek meminta maaf, tetapi Dewi Starda sudah telanjur marah. Ia mencabut keajaiban yang diberikan kepada Kumba. Suara Kumba takkan terdengar lagi sampai ke kahyangan. Kumba dan teman-temannya hanya bisa minta pertolongan Dewi Starda saat Dewi sedang turun ke Bumi. Kawanan sapi menunduk sedih.