Keriaan di Rimbaria

By Sylvana Toemon, Jumat, 23 Maret 2018 | 04:00 WIB
Keriaan di Rimbaria (Sylvana Toemon)

Jepi merasa lapar. Terdengar bunyi kriuk kriukkriuuuk... Jepi lapar sungguhan. Krek kletek. Kletek syiut... Jepi menjulurkan lehernya panjang-panjang ke udara. Wuih, leher Jepi bisa mencapai pucuk daun di pepohonan yang paling tinggi! Siapa, sih, Jepi itu?

Ya, benar. Jepi itu seekor jerapah. Ia warga Rimbaria di Kerajaan Hewan.

"Hmm, sungguh manis rasanya. Nyam nyam," Jepi mengerjap-ngerjapkan mata sambil melahap pucuk-pucuk daun muda.

"Sayangnya, hanya aku yang bisa menikmatinya. Habis, warga lain tidak punya leher sepanjang leherku."

Ketika hendak memetik satu pucuk daun muda lagi, Jepi melihat beberapa warga bergegas ke lapangan yaiut Gigi Gajah, Mimin Monyet, Pipit Burung.

"Oh, ada apa?" tanya Jepi dalam hati.

"Keributan? Kerusuhan?" Jepi memutar lehernya ke arah tanah lapang.

Wuih, wuih, banyak warga Rimbaria sudah berkumpul di sana. Tonggak-tonggak bambu didirikan. Gigi Gajah sibuk memindahkan balok-balok kayu dengan belalainya. Mimin Monyet sibuk mengikat tali temali tendatenda. Kiki Kelinci lompat ke sana ke mari menawarkan minuman.

"Ai, ada apa, sih? Kok, aku tidak tahu?" tanya Jepi dalam hati.

Ia adalah hewan yang tak suka duduk melamun. Setiap hari, ada saja kegiatan yang dilakukannya.

"Kata ibuku, kita tidak boleh duduk melamun saja. Hidup ini singkat. Jadi harus diisi dengan kegiatan bermanfaat."

Jepi mengernyitkan dahi ketika teringat pesan mendiang ibunya. Ada bagian yang belum ia mengerti betul. Apa benar hidup ini singkat? Hidup ini harus selalu diisi dengan kegiatan bermanfaat? Jepi jerapah tak sempat menanyakan lebih lanjut pada mendiang ibunya.