"Oke, nanti kita pulang bareng naik sepeda!"
Siang itu Jalan Apel tampak sepi seperti biasanya. Matahari bersinar terik. Keempat anak itu menyandarkan sepeda mereka di pohon mangga.
"Kenapa berhenti di sini?" tanya Damar heran.
"Pssst, kamu liat aja, deh, pokoknya seru!" Eggy berbisik.
Damar garuk-garuk kepala. Dia cuma bengong menyaksikan ketiga teman barunya beraksi. Mereka mengendap-endap di balik tembok pagar bercat kuning, memencet bel berkali-kali, lalu lari bersembunyi.
"Hi...hi...hi... lihat wajah pembantu rumah itu. Sebentar lagi dia bakal keluar, terus celingukan kiri kanan!"
"Uaaah... Kamu pasti nggak bakal bisa menahan tawa, Mar! Pembantu rumah itu, sudah gendut, galak lagi!"
Beberapa menit berselang. Ibu gemuk yang biasa membuka pintu itu takjuga muncul.
"Hu-uh, orangnya lagi keluar rumah kali! Payah!" Eggy mengeluh kecewa.
"Kalau begitu kita pulang aja yuk!" ajak Ridho.
Ehm-ehm! Terdengar suara dehem dari belakang. Anak-anak itu sangat terkejut. Seorang satpam telah berdiri di belakang mereka. Celaka!
"Lo, Damar sudah pulang?" tanya satpam itu. Damar mengangguk. Ridho, Abiel, dan Eggy tercengang.