Mak Yun

By Sylvana Toemon, Kamis, 10 Mei 2018 | 02:00 WIB
Mak Yun (Sylvana Toemon)

Mak Yun sudah meninggal. Aku menulis cerita ini untuk mengenangnya. Mak Yun tinggal di seberang rumahku. Ia sering memanggil, bila melihatku bermain sendiri di halaman.

“Kenapa kamu bermain sendiri?” tanyanya.

“Aku tak punya teman,” jawabku.

“Teman-temanmu sedang bermain di rumah Tata, tuh,” ujar Mak Yun menunjuk sebuah rumah di seberang. Suara teriakan dan tawa anak-anak terdengar dari sana.

“Mereka tak mau mengajakku,” kataku.

Tata dan Arum ingin meminjam mainan masak-masakanku. Gara-gara kutolak, Tata dan Arum membisiki anak-anak yang lain. Semua anak jadi tak mau bermain denganku.

“Oohh…” Mak Yun mengangguk-angguk setelah kuceritakan masalahnya. “Lebih baik main sendiri daripada mainan kita dipinjam teman.”

“Tidak, sih!” tukasku. “Tata juga punya mainan. Tidak selengkap punyaku, sih. Tapi, kan, kalau bermain masak-masakan bersama, pakai mainan Tata juga sudah cukup.”

“Oohh…, kau mau bermain asal tidak menggunakan mainanmu.”

“Mak Yun gimana, sih!” aku kesal. “Mak Yun mau bilang aku pelit?”

“Nadya, Mak Yun tidak mengatakan itu.”

Akan tetapi, aku tahu maksud Mak Yun begitu. Dengan sebal, aku menyeberang jalan. Di rumah, aku main masak-masakan sendiri. Kudengar suara ribut teman-temanku. Kubereskan mainan, lalu melangkah keluar.