Balas Budi untuk Ferko (Bag. 3)

By Vanda Parengkuan, Minggu, 25 Maret 2018 | 12:00 WIB
Balas Budi untuk Ferko (Bag.3) (Vanda Parengkuan)

Raja Garbo segera memberi tahu tugas ketiga untuk Ferko. Pemuda malang ini kembali sedih dan bingung. Ia berjalan tanpa arah dan sampailah kembali di padang rumput. Matahari mulai tenggelam. Ferko duduk beristirahat di bawah pohon

“Apa yang harus kulakukan agar bisa lolos dari hukuman mati?” gumamnya bingung.

Tiba-tiba saja, muncullah seekor tikus dari arah ladang gandum. Ia berlari mendekat ke kaki Ferko.

“Cit cit… senang bertemu denganmu lagi, pemuda baik hati…” sapa tikus itu.

 “Apa yang membuatmu bingung, pemuda yang baik hati? Apakah aku bisa membantumu? Ciit… saya adalah tikus kecil yang pernah kau sembuhkan… “

Ferko mengenali tikus kecil itu, dan berkata, “Aduh! Bagaimana mungkin kau bisa membantuku, Tikus Kecil… Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa melakukan tugasku. Saya harus memanen dan mengumpulkan seluruh jelai gandum yang tersebar di seluruh ladang kerajaan ini. Lalu mengumpulkannya di atas bukit. Besok menjelang petang, tugasku harus selesai…”

 “Apa cuma itu permintaan Raja Gabor? Kalau cuma itu, tenanglah sahabatku! Tinggallah di sini dengan tenang, sampai aku datang lagi untuk memberitahu kalau seluruh gandum sudah terkumpul…”  

Tikus itu lalu berlari pergi ke  arah ladang. Ferko percaya, tikus itu akan menepati janjinya. Maka ia pun berbaring di rumput yang lembut, dan tertidur nyenyak sampai keesokan paginya.

Hari yang baru itu berjalan perlahan. Ferko menunggu dengan sabar, sampai akhirnya hari menjelang petang tiba. Sesuai janjinya, tikus kecil itu muncul lagi.

“Sekarang, tidak ada jelai gandumpun yang tersisa di seluruh ladang di kerajaan ini. Semua sudah dikumpulkan pada satu tumpukan besar di atas bukit!”  

Ferko sangat gembira. Ia bergegas menghadap Raja Gabor. Penghuni istana dan seluruh warga kerajaan langsung berbondong-bondong menuju bukit lagi.

 Setiba di sana, mereka semua tercengang dan takjub. Tampak sebuah tumpukan jelai gandum yang lebih tinggi dari istana Raja Gabor. Tak ada sehelai jelai gandum pun yang tertinggal di ladang manapun.