Namun, Om Sano malah meninggalkan ruangan itu dan memanggil-manggil namanya di sepanjang koridor. Kanti beranjak untuk mengejarnya, tetapi Anouk menahan Kanti. Tiba-tiba ruangan dansa mewah itu berubah kembali menjadi aula kosong berdebu dengan dinding dan lantai yang kusam. Kanti mulai merasa takut, genggaman tangan Anouk mendadak jadi keras dan dingin.
“Di sini saja, Kanti. Kita bisa bermain bersama-sama di sini, setiap hari,” pinta Anouk.
“Ya, di sini saja, Kanti,” ucap anak-anak lain yang tadi bermain bersamanya.
“Tetapi, Om Sano…” bantah Kanti keras sambil berusaha melepaskan tangan Anouk, tetapi sia-sia saja.
Cengkraman Anouk semakin kuat, “Kamu sendiri, kan, yang memisahkan diri dari Om Sano. Om Sano tidak mempedulikanmu,” ujarnya.
Anak-anak yang lain mulai merapat mengelilingi Kanti. Kanti takut sekali. Mata-mata mereka begitu dingin dan kosong.
“Kamu tahu Om Sano akan khawatir kalau kamu berkeliaran sendirian, tetapi kamu tetap melakukannya, kan?” tambah Anouk lagi.
“Kanti! Kanti! Kanti!” suara panggilan Om Sano bergema di seluruh Lawang Sewu. Suaranya terdengar sangat cemas.
Kanti mulai menangis. Om Sano baik dan pintar memotret. Hari pergi jalan-jalan dengan Om Sano ini sudah lama ia tunggu. Tetapi sekarang dia malah tertahan di sini dan Om Sano sangat mencemaskannya. Anouk tersenyum. Genggamannya melonggar.
“Pergilah, susul Om Sano. Tapi janji, ya, jangan berkeliaran sendiri di tempat wisata, meninggalkan orang dewasa yang menemanimu. Apalagi ikut dengan anak yang baru kamu kenal,” ucapnya. Anouk dan temantemannya mulai memudar. Sinar matahari menembus masuk dari jendela Lawang Sewu. Kanti mulai merasa hangat dan tenang.
“Kanti!” panggil Om Sano yang muncul di pintu ditemani bapak pemandu wisata Lawang Sewu.
“Om Sano!” seru Kanti dengan lega sambil berlari-lari ke arah Om Sano. Di sudut ruangan Anouk tersenyum.
Perlahan-lahan musik mulai kembali berdenting, pesta dansa meriah itu mulai tergelar lagi dan Anouk kembali bermain. Tentunya kali ini pesta itu tidak terlihat lagi oleh Kanti.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Pradikha Bestari.