Benih Kejujuran

By Sylvana Toemon, Minggu, 6 Mei 2018 | 05:00 WIB
Benih kejujuran (Sylvana Toemon)

Sore itu, Pak Marno dikagetkan oleh  Rudi dan Runi. Pak Marno yang akrab disapa dengan panggilan Pak No itu adalah orang yang merawat kebun Datuk. Kedua anak itu ingin meminjam perlengkapan berkebun milik Datuk. Biasanya, Datuk tidak pernah meminjamkan peralatan berkebunnya pada orang lain selain Pak Marno.

“Sudah minta izin pada Datuk?” tanya Pak No.

“Tentu saja mereka boleh menggunakannya,” ujar Datuk yang berdiri tak jauh dari tempat itu.

Datuk meminjamkan peralatannya dengan senang hati, namun ia heran. Biasanya kedua anak itu sangat jarang berkebun.

“Kami dapat tugas menanam benih ini,” ujar Runi ketika melihat wajah heran Datuk.

“Benih apa itu? Rudi, tolong ambilkan kaca pembesar,” pinta Datuk.

“Ini, Datuk,” ucap Rudi sambil mengeluarkan kaca pembesar dari kantongnya.

Rudi yang suka cerita detektif memang sering membawa-bawa kaca pembesar di kantongnya. Datuk segera mengambil kaca pembesar yang disodorkan Rudi. Dengan teliti Datuk mengamati benih yang berada di kantong kecil yang sedang dipegang Runi.

“Ini benih bunga matahari. Benih ini juga bisa dimakan sebagai kuaci,” ujar Datuk.

“Aku suka makan kuaci, tapi enggak suka mengupasnya ha ha ha,” sahut Runi yang disambut dengan tawa orang-orang yang mendengarnya. Runi memang sangat suka makan.

“Tanamlah. Ini benih kejujuran,” ucap Datuk.

Kedua anak itu segera menanam benihnya di pot kecil yang diberikan oleh Datuk. Datuk mengingatkan Pak Marno supaya membiarkan Runi dan Rudi menanam benihnya sendiri. Kedua pot yang bentuknya sama itu kemudian mereka tulis nama Runi dan Rudi supaya tidak tertukar.