Cinderella dan Sepatu Kaca

By Sylvana Toemon, Senin, 23 April 2018 | 12:00 WIB
Cinderella dan sepatu kaca (Sylvana Toemon)

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang gadis pelayan yang selalu kotor. Pipi, rambut, dan gaunnya selalu hitam terkena jelaga. Kedua tangan yang kotor dan penuh lecet, selalu sibuk menyapu, mengepel, dan mengisi arang di perapian.

Kamar tidurnya terletak di loteng yang dingin. Setiap malam, ia memberi remah-remah roti dan keju untuk tikus-tikus dan burung-burung kecil. Melihat sahabat-sahabat kecilnya makan dengan riang, gadis itu tersenyum.

Saat tersenyum, mata gadis itu berkilau hangat. Jika saat itu kamu melihatnya, ia tak lagi tampak seperti gadis kotor yang menderita. Ia akan tampak cantik bersinar dengan senyum tulus. Gadis lembut hati itu bernama Cinderella.

Hidup Cinderella tadinya menyenangkan. Ia selalu bersih dan rapi. Ia tinggal di rumah mewah bersama ayah dan ibu yang menyayanginya. Sayang, ibunya kemudian meninggal dunia.

Sang ayah tak ingin Cinderella kesepian pada saat ia pergi bertugas ke negeri yang jauh. Maka, ia menikah dengan seorang wanita yang telah memiliki dua anak perempuan. Cinderella jadi memiliki ibu tiri dan dua kakak tiri.

Tadinya, semua bersikap manis kepadanya. Akan tetapi, begitu sang ayah pergi bertugas, ibu tiri dan kedua kakak tiri Cinderella menjadi berubah. Mereka memakaikan Cinderella pakaian compang-camping, menyuruhnya bekerja keras dari pagi sampai malam. Cinderella sampai menjadi begitu kotor.

Suatu hari, datanglah undangan pesta dansa dari istana. Ibu dan kedua kakak tirinya tidak mengizinkannya datang. Mereka berdandan sangat rapi, cantik, dan mewah. Lalu meninggalkan Cinderella sendirian di dapur.

Cinderella yang kelelahan, kelaparan, dan kedinginan, menangis di dapur. Ia merindukan masa-masa ia pergi memenuhi undangan istana bersama ibunya.

“Jangan bersedih, sayang,” tiba-tiba suatu suara lembut menyapanya. Dan, sesosok peri muncul di hadapan Cinderella. Dengan sapuan tongkat ajaibnya, rambut Cinderella tergelung rapi dengan hiasan mutiara di pucuknya. Satu sapuan lagi, membuat seluruh kulit Cinderella menjadi bersih. Ia juga kini mengenakan gaun biru berkilauan, lengkap dengan sepatu kaca yang cantik.

Satu sapuan terakhir, mengubah labu, tikus-tikus, dan burung-burung sahabat Cinderella menjadi kereta kuda, sepasang kuda putih gagah, dan sais yang berpakaian megah.

Dalam sekejap, Cinderella berangkat ke istana dengan pesan dari Ibu Peri, “Pulanglah sebelum tengah malam. Sihirku malam ini akan berakhir saat hari berganti.”

Kecantikan dan kelembutan senyum Cinderella di pesta dansa istana, memukau siapa pun yang melihatnya. Termasuk Sang Pangeran. Mereka asyik berdansa sampai terdengar lonceng tengah malam mulai berdentang. Cinderella segera berlari meninggalkan Sang Pangeran sebelum lonceng ke-12 berdentang. Karena tergesa-gesa, satu sepatu kacanya terlepas di tangga istana.