Alkisah pada zaman dahulu kala, di suatu pulau permai, hiduplah Raksasa Api, Peri Angin, Pangeran Tanah, dan Putri Air. Peri Angin bersifat lincah dan periang. Pangeran Tanah bersifat tenang dan bijaksana. Putri Air bersifat lembut dan keibuan. Raksasa Api bersifat kuat, keras, dan suka berterus-terang. Ini dikarenakan Negeri Api adalah negeri yang tandus, kering, dan panas. Sayangnya, karena sifat Raksasa Api yang seperti itu, Peri Angin, Pangeran Tanah, dan Putri Air jadi tidak suka dan menjauhinya. Padahal sebetulnya Raksasa Api itu adalah raksasa yang baik hati.
Sampai pada suatu saat, kepermaian pulau mereka terdengar oleh Raja Soki yang tamak. Raja Soki ingin menguasai hasil bumi pulau tersebut dan memperbudak rakyat pulau itu. Raja Soki menghimpun sekian ratus prajuritnya untuk menyerang pulau tersebut.
Alangkah terkejutnya penduduk pulau kecil yang terbiasa hidup damai itu saat prajurit Raja Soki datang menyerbu. Peri Angin, Pangeran Tanah, dan Putri Air berusaha membantu penduduk negeri itu untuk mengusir prajurit Raja Soki. Namun, jumlah prajurit Raja Soki besar sekali. Apalagi para penduduk itu tak terbiasa berperang.
Raksasa Api yang sedang bersedih di guanya mendengar suara ribut-ribut itu. Raksasa Api berdiri dan mencari sumber keributan itu. Betapa terkejutnya ia melihat pulau kecil itu diobrak-abrik oleh prajurit Raja Soki. Para penduduk diikat menjadi satu. Peri Angin, Pangeran Tanah, dan Putri Air tampak luka-luka dan sudah kelelahan melawan para prajurit. Di sebuah tandu emas Raja Soki tertawa terbahak-bahak melihat pulau kecil itu dikalahkan.
Raksasa Api terdiam. Dia masih merasa sakit hati karena dikucilkan tapi dia juga tidak tega melihat teman-temannya itu bertarung habis-habisan. Satu pukulan telak dari salah seorang jenderal Raja Soki membuat Peri Angin terpental ke dekat Raksasa Api.
“Raksasa Api…” panggil Peri Angin lirih, “tolong kami…” Raksasa Api menggertakkan gerahamnnya. Walaupun teman-temannya menjauhinya, tetapi
Raksasa Api tahu tak seharusnya Raja Soki datang dan merusak pulau kecil mereka. Lagipula teman-teman dan penduduk pulau kecil itu sebetulnya baik hati.
“Grrhlaaaarrrgh!” Geram Raksasa Api sambil menyerbu maju, menumbangkan sekelompok prajurit sekaligus. Para prajurit dan jenderal Raja Soki tak mampu menahan amukan Raksasa Api. Raja Soki yang sakti mandraguna melihat keadaan itu. Dengan kekuatannya, ia memanggil Jin Air penguasa Laut Dalam. Jin Air itu terdiri dari air terdingin yang bisa mematikan api sepanas apa pun.
Segera Raksasa Api bertarung habis-habisan dengan Jin Air tersebut. Awalnya Raksasa Api berusaha menghindari serangan, tetapi dia tahu dia harus berani menyerang titik terlemah Jin Air supaya bisa menang.
Raksasa Api menarik nafas dalam-dalam dan dengan gerakan lincah berhasil menembus pertahanan Jin Air. Tangan panas Raksasa Api mencengkeram jantung dingin Jin Air. Ah, tidak! Air dingin itu mulai mematikan tangan Raksasa Api, tetapi bersamaan dengan itu pun Jin Air mulai menguap.
Akhirnya, Jin Air berhasil diuapkan semuanya. Raja Soki tahu dia sudah kalah. Raja Soki dan prajuritnya yang tersisa segera angkat kaki dari pulau kecil itu. Rakyat bersorak gembira. Namun, oh sayangnya, Raksasa Api pun sudah kehilangan hampir seluruh tubuhnya. Yang tersisa tinggal kobaran api di sana-sini dalam sebuah lingkaran. Raksasa Api memejamkan matanya kelelahan.
Peri Angin berusaha memberi angin lembut agar Raksasa Api kembali berkobar, tetapi kondisi Raksasa Api sudah amat lemah. Ia hanya bisa bertahan hidup, terus menyala dan berkobar kecil, tetapi tidak bisa lagi berdiri gagah seperti sedia kala.