Janji Pada Peri Penghuni Danau (Bag.1)

By Vanda Parengkuan, Selasa, 6 Maret 2018 | 12:00 WIB
Janji pada Peri Penghuni Danau (Vanda Parengkuan)

Setiba di depan rumah, seorang pelayannya menyambut gembira. “Tuan, selamat ya! Nyonya telah melahirkan seorang bayi laki-laki!” seru pelayan itu penuh sukacita.

Pak Muller seketika menjadi pucat pasi. Kabar menggembirakan itu justru membuat ia sangat ketakutan. Dengan berat hati, Pak Muller menceritakan pada istrinya tentang perjanjiannya dengan peri penunggu danau. Istri Pak Muller meminta Pak Muller membatalkan perjanjiannya dengan peri itu, demi keselamatan anak mereka.

 Akan tetapi, setelah lama memikirkannya, Pak Muller akhirnya menemukan jalan keluarnya sendiri.

“Peri itu tak akan keluar dari danau itu. Sebaiknya, kita jaga saja anak kita dengan hati-hati sejak kecil. Dia harus dilarang pergi ke danau dekat penggilingan itu…” ujar Pak Muller pada istrinya.

Begitulah yang dilakukan Pak Muller dan istrinya. Anak mereka yang bernama Hans, tumbuh besar tanpa pernah mendekat ke danau dekat penggilingan gandum. Sementara itu, kehidupan Pak Muller kembali makmur. Ladang gandumnya sangat subur. Ia membeli ladang yang lebih besar lagi dan menghasilkan gandum yang lebih banyak lagi.

Kehidupan Pak Muller menjadi berkali-kali lebih kaya dari sebelumnya. Namun, setiap hari ia tidak tenang dan hidup dalam ketakutan. Ia tidak bisa melupakan perjanjiannya dengan peri penghuni danau. Pak Muller tahu, suatu waktu, peri itu pasti akan menagih janjinya.

Tahun demi tahun berlalu. Hans tumbuh dewasa dan menjadi pemburu yang hebat. Pak Muller sangat bangga pada putranya itu, karena Hans sangat berani dan cerdas. Beberapa waktu kemudian, Pak Muller dan istrinya meninggal dunia. Hans tetap tinggal di rumah warisan kedua orangtuanya. Ia lalu menikah dengan Berta, seorang gadis gembala yang cantik dan baik hati.

Suatu hari, Hans pergi ke hutan untuk berburu rusa. Di tengah hutan, hujan turun sehingga tanah hutan menjadi becek. Hans beberapa kali terjatuh saat mengincar seekor rusa. Pakaian, kaki, dan tangannya kotor belepotan lumpur.

Setelah cukup lama mengincar rusa dan tidak berhasil juga, Hans akhirnya memutuskan untuk pulang. Setelah berjalan beberapa saat, Hans tiba di sekitar danau dekat penggilingan. Hans lupa, ketika masih kecil, ia dilarang berada di dekat tempat itu. Hans malah mendekat ke danau itu. Ia meletakkan panah dan busurnya di tepi danau, lalu menggulung lengan bajunya. 

Baru saja tangannya masuk ke dalam air, tiba-tiba muncullah Peri Penghuni Danau. Ia langsung mencengkeram tangan Hans, dan menariknya masuk ke dalam air. Hans mencoba meronta, namun sia-sia saja. Ia akhirnya hilang masuk ke dalam danau. Air danau yang bergolak, lalu menjadi tenang lagi.

Saat hari mulai malam, Berta, istri Hans menjadi cemas karena suaminya belum pulang juga. Ia memberanikan diri pergi ke hutan untuk mencari Hans. Di tengah jalan, Berta menemukan peralatan panah milik Hans di tepi danau. Ia sangat terkejut dan panik. Ia mengira Hans tenggelam di danau itu.

(Bersambung)

Teks:   L. Olivia