“Ada sesuatu yang aneh pada tempat ini,” ucap Anatoli. “Sebaiknya kita harus bergiliran jaga.”
Giliran pertama, Raja Peter yang berjaga. Anatoli meminjamkan pedangnya. Namun, Raja Peter tidak biasa berjaga malam. Matanya terus menerus terpejam.
“Kau yakin, bisa berjaga malam dan tidak tertidur?” tanya Anatoli.
“Aku tidak akan tertidur. Aku hanya sedang melamun.”
Namun, tak lama kemudian Raja Peter tertidur pulas. Ia jatuh ke lantai dan mendengkur dengan keras.
“Astagaaa... katanya cuma melamun...” Anatoli menahan tawa dan mengambil kembali pedangnya, lalu berjaga.
Sesaat kemudian, ia mendengar suara tawa dan sorak-sorai di bawah. Ternyata gubuk itu milik para perampok yang baru saja kembali. Dan nenek tua itu adalah penjaga rumah mereka.
“Ada kejadian apa hari ini, Nek?” teriak mereka.
“Kita kedatangan dua tamu. Mereka sudah makan malam dan sekarang sudah beristirahat di loteng.”
“Baiklah, aku akan melihat-lihat tamu-tamu kita,” kata salah satu perampok. Ia mengambil pisau yang tajam, dan menaiki tangga menuju loteng. Namun ketika kepala perampok itu muncul, Anatoli langsung membekap mulutnya dan memukulnya. Perampok itu seketika pingsan. Anatoli mengikat si perampok dan membekap mulutnya dengan sobekan kain. Lalu menariknya ke pojok loteng.
Perampok-perampok yang lain menunggu temannya kembali. Namun karena perampok pertama tidak kembali juga, perampok kedua naik ke loteng untuk memeriksa. Anatoli melakukan hal yang sama para perampok kedua. Juga pada perampok lainnya yang menyusul satu persatu. Terakhir, pemimpin perampok juga mengalami hal yang sama.
Setelah keadaan aman, Anatoli menjatuhkan dirinya ke tumpukan jerami dan terlelap.