Mencari Aku-Tidak-Tau-Benda-Apa-Itu (Bag. 1)

By Vanda Parengkuan, Sabtu, 12 Mei 2018 | 04:00 WIB
Mencari Aku-Tidak-Tau-Benda-Apa-Itu (Bag. 1) (Vanda Parengkuan)

“Yang Mulia, pemburu yang bernama Volya, mempunyai adik yang sangat cantik..” 

Raja Feliks terkejut mendengar hal ini. Ia ingin melihat sendiri kecantikan Katya. Ia berpakaian seperti seorang petani dan pergi ke rumah Volya. Ketika melihat Katya sedang menyapu halaman, ia tercengang akan kecantikannya.

Keesohan harinya, Raja Feliks berkata pada Sang Penasihat,

“Kau, penasihatku! Pikirkanlah sebuah tugas untuk Volya agar ia pergi jauh dan tidak dapat kembali lagi ke negeri ini. Kalau Volya sudah tidak ada, adiknya pasti mau menjadi istriku karena dia tak punya siapa-siapa lagi.”

Sang Penasihat Raja berpikir dan terus berpikir, namun tidak juga mendapat ide. Ia lalu pergi ke sebuah taman dan duduk di sana. Saat itu, ada seorang pengemis duduk di sebelahnya.

“Tinggalkan aku sendiri! Duduklah di tempat lain,” teriak Sang Penasihat Raja.

Pengemis itu hanya tersenyum dan berkata, “Janganlah usir aku, Tuanku yang Mulia! Pesankan aku sepiring makanan, dan mungkin aku bisa menolongmu.”

Karena putus asa belum mendapat ide, Sang Penasihat Raja akhirnya menuruti permintaan pengemis itu. Ia lalu menceritakan masalahnya.

“Hal itu mudah diatasi,” kata si pengemis. “Suruhlah Volya membawa seekor domba berbulu emas. Hewan itu ada di Pulau Tembaga di tengah laut. Ia terikat di sebuah tiang perak. Kalau domba ini mengembik, semua orang dalam radius seribu kilometer pun akan tertawa.”

“Hmm, ide yang sangat cemerlang!” gumam Penasihat Raja. Ia lalu berlari ke istana dan menyampaikan ide itu kepada Raja Feliks.

Esoknya, Raja Feliks memanggil pemburu dan berkata kepadanya, “Pemburuku yang baik, Volya, aku butuh pertolonganmu. Bawakan aku seekor domba berbulu emas yang terikat di tiang perak di Pulau Tembaga, di tengah laut. Kalau domba ini mengembik, semua orang dalam radius seribu kilometer pun akan tertawa. ”Jika kau berhasil, aku akan memberimu seribu koin emas. Ingat, jangan sekali-kali kau kembali dengan tangan hampa!”

Volya sangat khawatir menerima tugas itu. Namun ia tidak bisa menolak. Ia kembali ke rumah dengan sedih.