Misteri Orang Bunian

By Sylvana Toemon, Rabu, 2 Mei 2018 | 13:00 WIB
Misteri Orang Bunian (Sylvana Toemon)

 “Pinjam penggarismu, ya, Dian, besok kukembalikan. Pinjam kalkulator ya, Mi, besok kukembalikan. Pinjam penamu, ya, besok kukembalikan,” begitu terus Nico meminjam barang-barang teman-temannya. Namun, besoknya Nico selalu lupa mengembalikan barang yang dipinjamnya. Tak jarang teman-temannya jadi kesal.

Hari ini Nico lagi-lagi meminjam topi Arga. Kelas mereka sedang dalam perjalanan untuk berdarmawisata ke kota Sambas, Kalimantan Barat. Mereka akan melihat-lihat Keraton Sambas dan Pantai Tanjung Batu.

Di dalam bus, Sonya yang pandai mendongeng mulai bercerita, “Kalian tahu, nggak, kota Sambas itu pusat kota orang Bunian, lo,” ucap Sonya, menarik perhatian semua anak.

“Orang Bunian itu lelembut. Makhluk halus yang hidup berkelompok seperti manusia. Punya kota sendiri. Penampilannya mirip manusia, tapi mereka enggak punya garis di antara hidung dan bibir. Selain itu, katanya alis mereka tebaaal sekali dan menyatu di atas hidung. Kalau didatangi mereka, brrr..dingin! Langsung merinding! Hiii…” Lanjut Sonya.

“Hiii…pasti seram sekali,” begitu pikir Nico.

Bus mereka berhenti di Keraton Sambas. Nico dan teman-temannya melihat-lihat peninggalan kesultanan Sambas.

“Eh, singgasana Sultan Bima ini megah sek…” ucapan Nico terputus saat dia melihat dia hanya sendirian di ruang singgasana Sultan.

“Teman-teman?” panggil Nico ragu. Tiba-tiba…srrrr… angin dingin terasa bertiup di tengkuk Nico. Sontak Nico langsung merinding.

“Kembalikan penggaris Dian…” suatu suara bisikan muncul di sampingnya. Nico menoleh dan….

“Huaaaaa!!” jerit Nico membahana. Ada sesosok berbaju putih, bermuka putih dengan alis yang lebat sekali!

Nico berlari ke arah pintu, tetapi dari situ muncul sesosok berbaju putih, beralis lebat juga. “Jangan lupa kembalikan topi Arga…” bisik sosok itu.

“Huaaa!! Tolooong!! Iya, saya kembalikan!” teriak Nico tak karuan.