Misteri Telur Komodo yang Hilang

By Sylvana Toemon, Rabu, 25 April 2018 | 13:00 WIB
Misteri Telur Komodo yang Hilang (Sylvana Toemon)

Mario merasa senang sekaligus deg-degan. Sebagai anak paling kecil dari tiga bersaudara, Mario sering dianggap remeh. Kedua kakaknya malah membuat klub detektif Dua Serangkai tanpa mengajaknya. Namun, setelah terus membujuk kakak-kakak Mario - Deni dan Lina - Mario diizinkan ikut penyelidikan Misteri

Telur Komodo yang Hilang. Telur komodo? Ya, Deni, Lina, dan Mario baru-baru ini diajak berlibur ke Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur. Sepulang dari sana, Deni malah menunjukkan sebutir telur. Katanya itu telur komodo yang diam-diam diambilnya di Pulau Rinca. Mereka bertiga lalu menguburkannya di halaman rumah.

Telur komodo itu berukuran besar. Sebesar telur angsa. Kata Deni telur itu akan menetas pada bulan Maret atau April. Namun, tiba-tiba, telur itu hilang. Paniklah mereka! Mereka harus bisa menemukan telur komodo itu sebelum telur itu menetas.

Sekarang, Mario sedang menyelidiki daerah tempat telur itu dikubur dengan saksama. Kakak-kakaknya mulai merasa bosan menungguinya memeriksa setiap jengkal halaman rumah mereka.

“Duh, lama sekali, sih, kamu Mario. Kamu gak lihat, itu ada sobekan kain kotak-kotak di semak,” kata Lina, setengah tidak sabaran. Jarinya menunjuk secarik kain yang tergantung di semak bugenvil di samping tempat mereka mengubur telur itu.

“Iya, bagaimana mau masuk Dua Serangkai, kalau lihat petunjuk sobekan kain saja tidak bisa,” tukas Deni.

“Eh iya…” sahut Mario malu-malu. Dari tadi memang dia lebih memperhatikan tanah, bukan semak-semak. Diambilnya sobekan kain kotak-kotak itu. “Mmmh… berarti si pencuri telur memakai baju kotak-kotak, ya,” lanjut Mario. “Eh, tapi…”

“Tapi apa? Sudah jelas pencurinya pakai baju kotak- kotak,” jawab Lina.

“Aku cuma bingung, kenapa letak sobekan kain itu ada di situ ya? Kan, si pencuri harus menunduk buat mengambil telur. Letak sobekan kain itu terlalu tinggi,” papar Mario.

Deni dan Lina saling berpandangan. Wah, benar juga kata Mario.

“Lihat, Kak!” seruan Mario mengejutkan Deni dan Lina. Mario menunjuk sekelompok bunga bugenvil yang tampak agak rusak.

“Nah, ini baru petunjuk. Pencurinya menunduk untuk mengambil telur dan merusak bunga bugenvil di sini,” kata Mario dengan riang.

Mario lalu menundukkan badannya, berpura-pura hendak mengambil telur. “Wah, letak bunga rusak ini agak di atas Mario. Berarti si pencuri telur agak lebih tinggi daripada Mario,” tambah Mario mantap.

“Ah, lihat!” seru Mario lagi. Mario menerobos semak bugenvil dan mengambil sebuah peluit putih. “Ini peluit Kak Deni! Berarti Kak Deni yang mengambil telur komodo itu!” kata Mario dengan penuh semangat.

“Hus! Kamu jangan asal tuduh,” tukas Deni.

“Lo? Iya, ya. Tapi, kok, Kak Deni cocok sama semua petunjuknya. Kakak lebih tinggi dari Mario, terus di sini ada peluit kakak. Kok, peluit Kak Deni bisa sampai sini?” tanya Mario.

Deni dan Lina bertukar pandang sejenak. “Kita, kan, sering bermain bersama-sama di sini. Siapa tahu saja peluit ini sudah lama terjatuh di sini,” sanggah Lina disambut anggukan Deni.

“Mmh… terakhir kali kita main di sini, kan, kemarin sore. Terus Kak Lina tadi malam masih meminjam peluit Kak Deni. Berarti peluit Kak Deni tercecer di sini setelah tadi malam atau tadi pagi. Nah, Kak Deni ngapain malam-malam atau pagi-pagi ke sini?” tanya Mario langsung.

“Wah, hebat, adikku!” Kak Deni malah menepuk-nepuk punggung Mario dengan bangga. “Iya, biarpun masih kecil tapi ternyata logikamu hebat sekali, Mario!” tambah Lina sambil menyalami Mario.

“Hah? Jadi betul Kak Deni yang mengambil telur komodo itu?” tanya Mario ragu-ragu.

“Iya, kami, kan, ingin mengujimu, bisa tidak jadi anggota klub detektif Dua Serangkai. Memang kami yang sengaja menaruh kain kotak-kotak itu di sana. Ternyata kamu tidak bisa dikecoh! Hebat!” jawab Kak Deni dengan penuh semangat.

“Nah, ini lencana klub detektif untukmu. Wah, namanya mesti diganti, nih, jadi Tiga Serangkai. Deni, Lina, dan Mario!” kata Lina sambil memasangkan lencana ke kaus Mario.

Wah, bukan main senangnya hati Mario. Kemampuannya diakui oleh kakak-kakaknya. Dia tidak lagi dianggap sebagai si kecil yang tidak bisa apa-apa. Wajah Mario sampai memerah saking bangganya!

Eh tunggu, bagaimana dengan telur komodo itu? Apakah klub detektif Tiga Serangkai akan punya bayi komodo? Oho, tentu tidak! Itu hanya akal-akalan Deni saja. Sst… kita, kan, tidak boleh mengambil telur tanpa izin. Apalagi telur komodo. Komodo, kan, binatang yang dilindungi. Telur yang hilang itu telur angsa biasa, kok.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Pradikha Bestari.