Letusan gunung berapi mengandung berbagai materi halus, seperti debu dan abu. Debu berukuran lebih kecil dibanding abu, yaitu kurang dari 10 mikron. Meskipun begitu, debu dan abu memberikan dampak yang sama bila sampai terhirup oleh kita.
Dokter ahli pernapasan dari RSUP Persahabatan, Agus Dwi Santoso mengatakan bahwa efek abu vulkanik yang sampai terhirup terbagi menjadi dua, yaitu akun dan kronik. Yuk, kita lihat penjelasannya di bawah ini!
Baca juga : Kisah Pesawat yang Melawan Debu Vulkanik
Efek Akut
Efek akut berupa iritasi pada saluran dan gangguan napas. Iritasi saluran napas ditandai dengan hidung yang berlendir dan meler. Selanjutnya penderita akan mengalami sakit tenggorokan yang kadang disertai batuk kering. Bila terus berlanjut, mereka akan mengalami batuk berdahak, sesak napas, hingga pernapasan yang berbunyi.
Efek akut juga akan diderita orang-orang yang sebelumnya memang sudah memiliki gangguan pernapasan, misalnya asma, bronkitis, dan enfisema.
Baca juga : Gunung Berapi, Ditakuti tapi Dibutuhkan
Efek Kronik
Efek kronik disebabkan karena terkena abu vulkanik dalam waktu yang lama. Sehingga dapat mengakibatkan penurunan fungsi paru-paru. Selain itu, dampak lainnya adalah mengakibatkan silikosis pada jaringan paru.
Silikosis adalah penyakit yang terjadi karena adanya penumpukan silika. Silika merupakan kandungan yang terdapat dalam abu vulkanik. Silika tersebut menumpuk di dalam jaringan paru, sehingga menyebabkan gangguan pernapasan.
Efek tersebut dapat kita hindari dengan menggunakan masker atau setidaknya menggunakan kain untuk menutup mulut dan hidung.
Sumber : Kompas.com/Rosmha Widiyani