Di sebuah pohon oak besar, di tepi sungai, tinggallah keluarga tupai. Pada musim gugur, ibu tupai berkata pada keempat anaknya, “Ini waktunya untuk mengumpulkan persediaan makanan musim dingin!”
“Kami akan pergi,” teriak anak tupai terbesar.
“Flik, ayo ikut! Lebih baik kamu menolong kami, daripada cuma bermain akrobat di dahan pohon!” seru anak tupai nomor dua pada adiknya.
“Tapi aku ini pemain akrobat hebat!” teriak Flik, si tupai paling kecil.
Beberapa kelinci dan burung-burung di dekat situ memberi semangat, “Flik hebat! Ayo, akrobat di pohon lagi!”
Flik semakin bersemangat. Ia kembali bersalto dan melompat dari dahan ke dahan. Ketiga kakaknya hanya menggeleng kepala dan pergi mencari kenari.
Sorenya, ketiga kakaknya pulang membawa kantong kenari. Mereka bergotong royong menaikkan kantong kenari ke atas pohon. Disitu ada lubang tempat penyimpanan makanan keluarga mereka.
“Flik tidak pernah membawa persediaan makanan apapun,” keluh ketiga kakaknya setiap pulang mencari kenari.
Flik memang lebih suka berakrobat, atau mendengarkan dongeng dari burung hantu. Atau mendengarkan lagu para jangrik menyanyi.
“Kalian mengumpulkan kenari. Aku mengumpulkan lagu dan dongeng,” kata Flik santai. Ia memang belum pernah merasakan musim dingin. Ia tak percaya, kalau ada salju yang sangat dingin turun dari langit di musim salju.
Akhirnya, musim salju pun datang. Flik hampir tak percaya melihat salju putih dan sangat dingin turun dari langit. Ia bergelung di sarang sambil melahap buah-buah kenari.
“Saljunya berkilau sangat indah. Sayang, dingin sekali. Aku jadi malas keluar rumah,” kata Flik.