Oli Jepret, Makanan Tradisional Bogor yang Sudah Langka

By Aan Madrus, Senin, 15 Januari 2018 | 03:39 WIB
Oli Jepret dan Bumbu Cocolnya. (Aan Madrus)

Bobo.id - Oli jepret adalah makanan tradisional Bogor dan sekitarnya. Sayangnya, makanan ini sudah sangat langka, karena sudah jarang orang yang membuat dan menjualnya.

Di kota Bogor, paling tinggal satu dua orang yang menjual oli jepret. Begitu langkanya makanan ini, sampai-sampai banyak anak muda yang tidak kenal makanan ini.

Baca juga: Cara Meramu Laksa Bogor yang Menarik

Oli dari Singkong

Oli jepret terbuat dari singkong yang diparut, diperas, dikukus, lalu ditumbuk. Hasilnya adalah bongkahan singkong kukus berwarna putih mirip uli dari ketan. Orang Jawa menyebut uli ketan itu jadhah. Sedangkan orang Sunda menyebutnya oli atau ulen.

Menurut cerita, oli singkong disebut oli jepret, karena oli dari singkong lebih kenyal dibandingkan oli ketan, sehingga sulit dipotong dengan pisau. Untuk memotongnya, sebagian oli singkong ditarik dengan tangan.

Ketika ditarik, oli yang tidak diperlukan akan ikut ketarik, lalu lepas. Seperti karet yang ditarik kemudian dilepas lagi. Meskipun tidak sampai berbunyi “jepret” seperti kalau kita melepas karet yang ditarik, oli singkong ini diberi nama oli jepret.

Potongan oli jepret lalu dibentuk bulat pipih. Garis tengahnya kira-kira 5 cm.Oli jepret dimakan dengan serundeng kelapa. Serundeng ini terbuat dari kelapa parut yang disangray sampai berwarna kecokelatan.

Sangray kelapa ditumbuk hingga halus dan sedikit berminyak lalu diberi garam serta gula pasir. Oli jepret enak rasanya. Rasanya merupakan perpaduan rasa gurih dan manis.

Baca juga: Mengapa Disebut Toge Goreng?

Dikirim ke Belanda

Oli jepret biasanya dijual secara keliling dengan pikulan. Ada juga yang mangkal.

Salah satu penjual  oli jepret di Bogor adalah Pak Asep. Pak Asep mangkal di daerah Pasar Mawar.

Pak Asep berjualan oli jepret di situ sejak tahun 1980. Katanya, Pak Asep setiap 2 bulan sekali mengirim 6000 butir oli jepret ke Belanda, lo. Wuih, hebat ya.

Kalau kamu mau beli oli jepret Pak Asep, jangan lewat dari jam 11, ya! Nanti keburu habis.

Foto: Aan Madrus

Baca juga: Sayur Tutut, dari Desa ke Kota