99 Penumpang Kereta Api

By Sylvana Toemon, Senin, 9 April 2018 | 08:00 WIB
99 penumpang kereta api (Sylvana Toemon)

Di sebuah kota terpencil, terdapat sebuah stasiun kecil. Hampir setiap kereta api yang lewat singgah sebentar di stasiun itu untuk mengambil dan menurunkan penumpang.

Pak Dadang, telah 20 tahun bekerja sebagai kepala perjalanan di stasiun itu. Kepala perjalanan adalah orang yang meniupkan pluit setiap kereta akan berangkat. Karen itu, ia hafal waktu kereta tiba di stasiun itu.

Semua masinis dan beberapa penumpang mengenal Pak Dadang. Pak Dadang adalah seorang pekerja yang baik dan ramah.

Malam itu, Pak Dadang pulang lebih cepat daripada biasanya. Ia tahu persis bahwa tak akan ada lagi kereta yang datang pada malam hari iru. Pak Dadang pulang berjalan kaki ke rumahnya yang letaknya tidak jauh dari stasiun. Ia lelah sekali setelah bekerja sepanjang hari.

Ketika sedang berbaring di tempat tidur, terdengar suara kereta api. Pak Dadang terkejut. Setelah berpikir sebentar, ia segera mengambil mantelnya dan pergi ke stasiun.

Tak lama setelah Pak Dadang tiba, kereta pun tiba. Dengan ramah Pak Dadang menyambut para penumpang. Seorang wanita tua menatap Pak Dadang dan tersenyum

“Selamat malam, Pak. Apakah ini Negeri Tiongkok? Kami hendak pulang ke negeri kami di Tiongkok,” sapa wanita tua itu.

“Selamat malam, ini bukan Negeri Tiongkok, Bu!” jawab Pak Dadang.

Semua penumpang itu kecewa mendengar jawaban Pak Dadang. Jumlah penumpang kereta api itu ada 99 orang.

“Ya, ampun,” keluh mereka, “sudah seharian berjalan belum juga tiba di tempat tujuan. Kami lelah sekali dan ingin beristirahat.”

“Kalau begitu, beristirahatlah di rumahku. Besok baru melanjutkan perjalanan kembali,” kata Pak Dadang.

Semua penumpang kereta api setuju. Mereka pun turun dari kereta. Dengan berbaris mereka menuju ke rumah Pak Dadang. Mereka memenuhi rumah Pak Dadang yang tidak terlalu besar itu. Ada yang duduk di kursi makan, di bangku panjang, di atas peti, bahakn di atas meja. Malam itu rumah Pak Dadang benar-benar penuh.