“Haaa…. Haaaa! Ternyata kau emmang sahabatku yang paling cerdik. Ayo kira ke sana sekarang juga,” ajak Hatschibulla.
Hatschibulla dan Burung Gagak Merah lalu pergi ke angkasa. Kebetulan pada saat itu Bulan tak ada di tempat. Jadi Hatschibulla dapat dengan leluasa mengambil bintang-bintang itu. Kemudian Burung Gagak Merah memasukkannya ke dalam guci.
“Horeee, aku punya banyak bintang,” seru Hatschibulla kesenangan. “Ayo kita pulang sekarang.”
Setibanya di rumah, Hatschibulla yang kelelahan segera tertidur. Demikian juga dengan Burung Gagak Merah.
Sementara itu, Bulan di angkasa marah-marah karena bintang-bintang tidak ada di tempatnya.
“Antaris, Barnard, Kanopus, Kapela!” teriak Bulan. Namun, tidak ada jawaban.
Bulan lalu berjalan ke sana kemari mencari bintang-bintang, tapi tak ada juga. Tiba-tia ia melihat Antaris ada di tong sampah di dekat rumah Hatschibulla.
Bulan pun mendekati Antaris, “Kau ini nakal sekali. Sudah diperingatkan jangan suka pergi-pergi.”
“Tapi, aku tidak pergi, Bu. Kami diculik oleh Hatschibulla. Kanopus dan yang lainnya sekarang disembunyikan di guci. Untung saja aku bisa melarikan diri,” kata Antaris menceritakan kisahnya.
“Lagi-lagi Hatschibulla membuat ulah. Lihat nanti akan kuhukum dia!” ujar Bulan dengan kesal.
Dengan ditemani oleh Antaris, Bulan lalu membebaskan anak-anaknya. Olala, betapa kotornya badan mereka. Tentu saja mereka kotor. Guci itu tidak pernah dibersihkan oleh Hatschibulla.
“Ayo, anak-anak mandi dulu!” Bulan menyuruh anak-anaknya mandi di laut.