Mau Melihat Fosil Manusia Purba? Yuk, Berkunjung ke Museum Sangiran!

By Yomi Hanna, Rabu, 16 Mei 2018 | 13:15 WIB
Museum sangiran (Hanna Vivaldi)

BACA JUGA : Jalan-jalan ke Museum T.B. Silalahi di Sumatera Utara

Sejarah

Pada tahun 1934, G.H.R. (Gustav Heinrich Ralph) von Koenigswald menemukan ribuan alat-alat serpih dari bebatuan jaspis dan kalsedon di Sangiran.

Dia menyebutnya sebagai “Sangiran Flakes Industry”.

Lalu ia menemukan rahang bawah/mandibula dari fosil Meganthropus Paleojavanicus dan fosil Pithecanthropus Erectus.

G.H.R. von Koenigswald melatih masyarakat Sangiran untuk mengenali dan merawat fosil yang ditemukan.

BACA JUGA : Melihat Sejarah Kemerdekaan Indonesia di Museum Joang ‘45

Hasil penelitian dikumpulkan di rumah Kepala Desa Krikilan, Bapak Totomarsono, sampai tahun 1975.

Karena memiliki banyak pengunjung, Museum Sangiran dibangun di atas tanah seluas 1.000 m2 yang terletak di samping Balai Desa Krikilan.

Museum sederhana dibangun pada tahun 1980 karena banyaknya fosil yang ditemukan dan wisatawan memerlukan tempat wisata yang nyaman.

Bangunan baru ini luasnya 16.675 m2 dengan ruangan museum seluas 750 m2.

BACA JUGA : Jalan-jalan ke Jepang, Jangan Lupa Mampir ke Museum Batu Berwajah Manusia Ini!

Situs Warisan Dunia

Tahun 1977, wilayah Sangiran (luas 56 km2) ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya.

Lalu pada tahun 1996 Sangiran termasuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO sebagai World Heritage (No. 593, dokumen WHC-96/Conf.201/21).

Sejak saat itu, Sangiran makin mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu arkeologi, geologi, paleoanthropologi, dan biologi.

(Teks : Dewi Setyawan)