Tugasnya adalah menanggulangi berbagai bentuk ancaman keamanan di transportasi laut sipil, kapal perang TNI AL, maupun instansi penting yang berada di tepi pantai atau di tengah laut.
Ancaman itu dapat berupa sabotase, penyanderaan, maupun pembajakan. Denjaka dipimpin perwira berpangkat letnan kolonel.
Di awal pembentukannya, pasusla beranggotakan 70 prajurit pilihan yang berasal dari Satuan Pasukan Katak (Kopaska) dan Batalion Intai Amfibi Marinir (Yontaifib).
BACA JUGA: Ini Dia Pasukan Pengawal yang Rela Berkoban Nyawa Demi Presiden
Sejak itu Pasusla menjadi satuan antiteror yang pembinaannya khusus di bawah Komandan Korps Marinir.
Secara resmi nama “Detasemen Jala Mangkara” mulai dipakai sejak keluarnya Surat Keputusan KSAL No.Kep/42/VII/1997 tertanggal 31 Juli 1997.
Kemampuan Khusus yang Beragam
Kerennya lagi, Denjaka tidak hanya punya ilmu bertempur. Mereka juga dibekali ilmu kejiwaan dan analisa situasi khusus.
Sebelum menyerang musuh, biasanya ada tim pendahulu yang bertindak sebagai negosiator dengan teroris.
Negosiator maksudnya adalah orang yang bisa bernegosiasi atau berunding menawarkan jalan damai kepada teroris.
Di samping agar tahu apa yang dituntut oleh teroris, dari negosiasi juga dapat mengulur waktu cukup lama agar unit serbu sempat menyiapkan diri sebaik mungkin.
Tak hanya itu, para negosiator juga bertugas “membaca” kemampuan, kekuatan, tipu muslihat, sekaligus kelemahan teroris.
BACA JUGA: 3 Januari 1946, Awal Mula Adanya Pasukan Pengamanan Presiden