Ketika Janji Batal Terus

By Sylvana Toemon, Minggu, 16 September 2018 | 10:34 WIB
Ketika janji batal terus (Dok. Majalah Bobo)

“Ini benar-benar mencurigakan,” pikir Kezia. Ia datang ke sekolah dan mendapati dua sahabatnya, Marni dan Amelia, sedang asyik bercakap-cakap dengan Iin. Ini sudah terjadi tiga hari berturut-turut.

“Kita, kan, tiga sekawan. Kenapa, sih, si Iin selalu ngobrol dengan kalian?” tanya Kezia ingin tahu.

“Dia juga datang ke sekolah pagi-pagi, sama seperti aku dan Amelia. Kadi, ya kami ajak bergabung aja,” jawab Marni. “Kamu, kan selalu datang siang, menjelang bel berbunyi,” sambungnya lagi.

“Iya, aku selalu bangun kesiangan. Jadi sampai sekolah juga siang,” sahut Kezia.

“Datangnya lebih pagi, dong. Supaya kita bisa ngobrol sebelum sekolah mulai,” saran Amelia.

Kezia berusaha datang lebih pagi, tetapi ternyata susah. Suatu hari, Marni dan Amalia mengajak Kezia belajar bersama di rumah Amelia, tetapi Kezia tidak bisa datang.

“Maaf, ya, supir tidak bisa mengantarku,” begitu alasan Kezia.

Lain hari, kedua sahabatnya mengajak Kezia menengok Susi, yang sedang sakit tipus. Mereka membuat janji untuk bertemu pukul 5 sore di rumah marni karena letaknya paling dekat dengan rumah sakit. Pada pukul 4 sore, Kezia membatalkan janji karena mau berenang dengan sepupunya. Kejadian membatalkan janji itu terus berulang.

Suatu hari, Kezia mengajak Marni dan Amelia untuk makan es krim di toko yang baru buka.

“Es krimnya ada macam-macam, lo. Dan ada bonus selama seminggu ini. Beli satu dapat gratis satu. Jadi, kita beli dua saja dan kita mendapat empat,” kata Kezia. Ia sudah membayangkan lezatnya es krim cokelat.

Marni dan Amelia bertukar pandang.

“Maaf, ya, Kezia. Aku tidak bisa. Lain kali saja, ya,” Marni menolak.