Dongeng Anak: Ketika Nino Sakit

By Sepdian Anindyajati, Selasa, 23 Oktober 2018 | 09:42 WIB
Ketika Nino Sakit. (Dok. Majalah Bobo/Yan B)

Nino memandang keluar jendela. Matahari bersinar cerah. Bunga-bunga kecil di pot gantung depan jendela sedang mekar. Berwarna-warni indah sekali. Tetapi kepala Nino terasa pening bila memandang keluar jendela terlalu lama. Cahaya matahari membuat mata pegalnya silau.

Terpaksa Nino memalingkan badannya dari jendela. Diam-diam, dua bulir air mata menetes di pipinya. Ia ingat hari kemarin, saat bermain di taman bunga Dandelion. Memang cuaca berangin, tapi ada pelangi di langit ketika gerimis turun. Nino jadi enggan pulang, padahal badannya sudah terasa tidak enak.

Kalau sudah begini, baru terasa pentingnya menuruti nasihat Kak Nodi dan Pak Gobi. Hindari bermain di taman bunga saat cuaca berangin. Nino kan alergi serbuk bunga.

Ah, betapa Nino membenci sakit. Pertama, badannya terasa tidak karuan. Kepala pening, badan panas dingin, hidung mampet dan mata pegal. Kedua, ia tidak bisa bersekolah dan bermain. Ketiga, harus berbaring di tempat tidur, sendirian di rumah. Bosan dan kesepian. Bahkan untuk membaca buku cerita pun, kepala Nino pening dan pandangannya berkunang-kunang. Oh, alangkah tidak enaknya.

Hari sudah siang ketika Nino mendengar suara beberapa kurcaci di rumahnya. Rupanya Nodi datang bersama teman sekolah Nino yang ingin menjenguk. Bahkan Bu Libi guru kurcaci juga datang.

“Hari ini sekolah sepi karena tidak ada kamu, Nino. Cepat sembuh ya!” kata teman-teman Nino. Mereka membawakan mainan kapal-kapalan yang tadi dibuat di sekolah.

Bu Libi membawa banyak buah-buahan segar. “Saat sakit, kamu harus makan banyak vitamin agar cepat sembuh,” kata Bu Libi lembut.

“Terima kasih, Bu!” kata Nino lemah.

“Oh ya, Ibu juga membawa buku cerita yang baru datang di perpustakaan sekolah. Mau Ibu bacakan?”

“Mau, Bu!” tidak hanya Nino yang menjawab, tetapi teman-temannya juga. Bu Libi membacakan cerita tentang peri yang bersabar ketika sakit. Bagus sekali, peri itu tidak mengeluh sehingga saat sakit pun ia tetap bisa berbahagia.

Hari menjelang sore, Bu Libi dan teman-teman Nino pamit pulang. Nino tersenyum melepas kepergian mereka. Sakit memang tidak enak, tetapi ternyata Nino bisa tetap berbahagia ketika sakit. Pertama, dengan sakit Nino jadi tahu betapa enaknya sehat. Kedua, mendapat pelajaran berharga agar tidak bandel lagi. Ketiga, merasakan perhatian yang besar dari Kak Nodi, Bu Libi dan semua teman-temannya.

Tiga kerugian dan tiga keuntungan. Impas kan?

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Ruri Ummu Zayyan