Setelah masuknya es ke Batavia, Rosalie en Co pun menjual es batu ini seharga 10 sen untuk 500 gram.
Es dianggap sebagai barang impor yang berharga dari Amerika, lo, sehingga penyimpanannya pun harus sangat diperhatikan agar tidak mencair.
Surat kabar Javasche Courant pun sempat membuat sebuah artikel untuk menyimpan es batu agar tidak mencair, yaitu dengan dibungkus selimut wol.
Hal ini pun kemudian membuat perusahaan Djakarta Firms Voute en Gherin menjual selimut wol yang bisa digunakan untuk menyimpan es.
Baca Juga : Tercipta dari Sebuah Tantangan, Ini 5 Fakta Seru Lagu Indonesia Raya
Beberapa tahun kemudian, es batu diketahui dapat menjadi obat sariawan, nih.
Bahkan pemerintah Belanda memberikan bonus 6.000 Gulden untuk siapa saja yang bisa mengantarkan es batu ke rumah sakit di Batavia, untuk mengobati tentara yang terkena sariawan.
Impor es dari Amerika Serikat ini berlangsung hingga tahun 1870. Setelah itu sudah ada pabrik es di Batavia.
10 tahun kemudian bermunculan pabrik es di berbagai daerah, pabrik es pertama di Batavia berada di Molenvliet yang saat ini bernama Jalan Gadjah Mada dan Jalan Hayam Wuruk, serta di kawasan Petojo.
Baca Juga : Kenapa Mata Uang Setiap Negara Berbeda-beda? Ini Penjelasannya
Di Semarang, pabrik es batu pertama didirikan pada tahun 1895 oleh Kwa Wan Hong, seorang pengusaha Tionghoa yang lahir di Semarang.
Pabrik es batu kemudian juha berdiri di Tegal, Pekalongan, Surabaya, dan Batavia.