Cerpen Anak: Judika Belajar Puisi

By Sepdian Anindyajati, Rabu, 31 Oktober 2018 | 14:43 WIB
Judika belajar puisi. (Dok. Majalah Bobo/redi priyo)

Bobo.id - Teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu cerpen anak hari ini. 

Cerpen anak hari ini bercerita tentang Judika dan puisinya. 

Yuk, kita baca cerpen anak hari ini. 

-----------------------------

Hari ini, adalah hari pertama Judika masuk sekolah. Ia baru duduk di bangku TK A. Tia agak kesal, karena seluruh perhatian Mama jadi beralih pada Judika. Karena sibuk mengurus bekal dan seragam baru adiknya itu, Mama sampai tak sempat mencarikan kaos kaki Tia.

Saat makan siang bersama, Mama juga tampak bangga bercerita tentang Judika pada Tia. Mama tidak lagi menanyakan kabar Tia di sekolah.

“Dika tadi pintar sekali di sekolah. Dika tidak menangis waktu Mama keluar dari kelas. Padahal, ada beberapa anak TK A yang menjerit-jerit sambil menarik baju mamanya! Dika hebat, kan, Tia…”

Hidung Judika kembang kempis bangga mendengar pujian Mama. Ia menggigit ayam gorengnya dengan mantap. Sementara, Tia cuma tersenyum tipis sambil mengaduk-aduk makanan di piringnya.

Baca Juga : Pernah Diculik Bajak Laut, Julius Caesar Justru Tertawa dan Membaca Puisi

“Ma, tadi Bu Guru ajar aku berpuisi di sekolah. Berpuisinya dengan suara yang bagus,” kata Judika.

Mama mengacungkan kedua jempolnya dan menatap Judika dengan kagum, “Wah, Dika hebat sekali. Hari pertama sekolah, sudah membuat puisi. Coba bacakan untuk Mama,” puji Mama.

Judika berdiri dengan rapi. Ia lalu membaca puisi dengan nada indah seperti yang diajarkan Bu Guru tadi.

“Larilah tikus kecil, ke rumahmu yang mungil

Ada kucing mengintai, dia cepat dan lihai

Larilah tikus kecil, dengan kaki yang mungil

Kalau kau tak cepat…

Baca Juga : Unik! Ada Bus Mirip Sapi Berbahan Bakar dari Kotoran Sapi

Judika tak bisa ingat lanjutan puisinya.

Kalau kau tak cepat…” Ia sekali lagi mengucapkan kalimat terakhir puisinya. Namun ia tetap lupa lanjutannya.

“Aku lupa, Ma…” kata Judika malu.

“Tidak apa. Besok, kan, kamu belajar lagi di sekolah,” kata Mama, lalu menambahkan sup ke piring Judika.

 

Sore harinya, Judika menikmati minuman cokelat panas dan kue bolu kukus buatan Mama. Ia menikmatinya di teras sambil bermain dengan boneka stegosaurus-nya. Tia mengintip dari balik jendela. Ia masih kesal pada Judika yang merebut perhatian Mama darinya.

“Stego, duduk yang rapi, ya. Aku akan mengajari kamu baca puisi,” kata Judika. Ia menyenderkan boneka stegosaurus di kursi teras. Lalu mulai membacakan puisi.

Baca Juga : Takut Naik Pesawat Terbang? Ikuti 5 Trik ini untuk Mengatasinya

“Larilah tikus kecil, ke rumahmu yang mungil

Ada kucing mengintai, dia cepat dan lihai

Larilah tikus kecil, dengan kaki yang mungil

Kalau kau tak cepat…

Yah…, cuma itu yang Judika tahu. Namun ia ingin stegosaurusnya menghapal puisi yang belum selesai itu.

“Ayo, Stego, coba baca puisi seperti aku. “Larilah tikus kecil, ke rumahmu yang mungil…”

Akan tetapi, tentu saja Stego tak bisa berbicara. Apalagi membaca puisi. Judika tampak kesal menatap Stego. Ia lalu mengguncang tubuh Stego.

Baca Juga : SD Al-Jannah Berhasil Menjuarai Babak Penyisihan McDonald's Junior Futsal Championship 2018 Wilayah Timur

“Graaauuu…” cuma itu suara yang keluar dari mulut boneka stegosaurusnya. Boneka yang memakai baterai itu, memang akan mengeluarkan suara raungan kalau diguncang.

“Huh, aku kan menyuruhmu membaca puisi. Kenapa malah grauuuu…”

Tia menahan tawa mendengar Judika yang mengomel sendiri. Kekesalannya hilang. Ia malah kasihan melihat adiknya bermain sendiri. Itu karena Tia selalu menolak kalau diajak main bersama oleh adiknya itu.

“Aku akan mengajari Pus saja!” kata Judika.

Ia meninggalkan Stego di teras dan berlari menuju dapur. Judika tak melihat Tia yang sembunyi di balik gorden. Tia lalu mengendap mengikuti Judika. Ia ingin melihat apa yang akan dilakukan adiknya itu pada Pus.

Tia mengintip dari balik lemari di dapur. Tampak Judika berjongkok di dekat meja. Di situ ada Pus yang sedang meringkuk malas.

“Pus, aku akan ajari kamu berpuisi, ya!” kata Judika. Ia kembali berpuisi,

Baca Juga : Tempat Ini Pernah Tersambar Petir 36.749 Kali dalam 13 Jam, Bagaimana Petir Terbentuk?

“Larilah tikus kecil, ke rumahmu yang mungil

Ada kucing mengintai, dia cepat dan lihai

Larilah tikus kecil, dengan kaki yang mungil

Kalau kau tak cepat…

“Sekarang, ayo, ulangi puisi tadi. Cepat Pus! Larilah tikus kecil, ke rumahmu yang mungil …

Namun Pus diam saja.

“Pus, ayo cepat ulangi puisi aku!” seru Judika tak sabar.

Pus hanya menatap Judika dan berkata, “Miaaauuu… miaaauuu… miauuu…” Ia rupanya kesal karena Judika mengganggu tidurnya.

“Aduh, Pus! Aku menyuruhmu mengulang puisi tadi. Bukan miau miau miau…” keluh Judika putus asa. “Huh… tidak ada yang mau belajar puisi aku! Kalau di rumah, aku tidak punya teman…” keluhnya sedih.

Baca Juga : Dongeng Anak: Kucing Siam yang Sombong

Tia jadi semakin iba pada adiknya itu. Tadinya, ia merasa kurang diperhatikan Mama. Namun ternyata, Judika juga merasa kesepian karena tak punya teman. Tia akhirnya keluar dari persembunyiannya.

“Kakak mau, kok, belajar puisi Dika. Ayo, ajari Kakak di teras, yuk! Sambil kamu habiskan cokelat dan kue bolu buatan Mama,” ajak Tia.

Judika terbelak gak percaya. Ia lalu tertawa girang. “Asiiik… ayo, Kak, aku ajari!” katanya sambil menarik tangan Tia menuju ke teras.

Di teras, Judika mengajari Tia berpuisi. Tia mengikuti puisi Judika dengan tepat.

“Larilah tikus kecil, ke rumahmu yang mungil

Ada kucing mengintai, dia cepat dan lihai

Larilah tikus kecil, dengan kaki yang mungil

Kalau kau tak cepat…

Judika bertepuk tangan girang, “Kak Tia hebat! Kak Tia ingat semuanya!” seru Judika. “Besok, aku akan ke sekolah lagi. Aku akan belajar lanjutan puisinya. Nanti, aku ajari Kakak lagi, ya…” janji Judika.

Tia mengangguk sambil tersenyum lebar. “Terima kasih ya, Dika mau ajari Kakak berpuisi…” kata Tia.

Judika mengangguk bangga.

Sumber: Arsip Bobo. Ilustrasi: Redi Priyo