Ketika tiba di tanjakan, Paman Kikuk tampak makin kelelahan. Tapi, dia takut dibalap Husin, sehingga dia paksakan mengayuh terus sepedanya. Husin tetap mengayuh dengan tenang di belakang Paman Kikuk.
Menjelang tiba di gang dekat rumah, Husin tiba-tiba mendahului Paman Kikuk dengan sangat mudah. “Husin duluan, Pamaaan...,” goda Husin sambil membalap Paman Kikuk.
Karena kaget dibalap Husin, Paman Kikuk mengayuh sepeda sambil matanya menatap Husin. PLETAK! Paman Kikuk pun menabrak tiang listrik. Husin buru-buru menolong pamannya.
“Sin, kenapa kamu bisa membalapku tanpa terlihat capek?” tanya Paman Kikuk. “Aku sengaja di belakang Paman Kikuk agar terlindungi dari terpaan angin, tidak merasa berat menembus banjir. Itulah kenapa aku jadi tidak lelah berlomba sepeda bareng Paman. (Joko)
Penulis | : | Sepdian Anindyajati |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR