Bobo.id - Pada hari Sabtu, 24 November yang lalu, seorang pejalan kaki menemukan ratusan paus pilot terdampar di sebuah pantai di Selandia Baru.
Ratusan paus tersebut ditemukan terdampar di pantai Mason Bay, sebuah pantai terpencil yang ada di Selandia Baru.
Sayangnya, saat ditemukan sebagian paus tersebut ternyata sudah mati, nih, teman-teman.
Sedangkan sebagian lainnya mati karena penanganan yang dilakukan untuk penyelamatan paus-paus tersebut sangat sulit.
Baca Juga : Rumah Unik Milik Para Hewan, Mana yang Menurutmu Paling Unik?
Kesulitan yang ditemui saat akan menyelamatkan paus yang terdampar tadi adalah karena lokasi pantai yang terpencil, kurangnya anggota penyelamat, dan kondisi paus yang sudah sekarat.
Saat ditemukan, setengah bagian tubuh paus-paus tersebut sudah terkubur pasir dan tidak dalam keadaan yang sehat, hal ini menandakan kalau paus kemungkinan terdampar sehari sebelum ditemukan, teman-teman.
Hal ini kemudian membuat tim penyelamat harus menyuntik mati paus yang dalam keadaan sekarat.
Ren Leppens dari Departemen Konservasi Regional (DOC) mengatakan, meskipun keputusan tersebut sangat menyedihkan, tapi tetap harus dilakukan, lo.
Hal ini dikarenakan kemungkinan untuk mengembalikan paus-paus tadi ke lautan sangat kecil.
DOC juga mengatakan peristiwa terdamparnya paus di Selandia baru adalah hal yang sering terjadi, teman-teman.
Tapi peristiwa terdamparnya ratusan paus pilot ini adalah yang pertama kali terjadi, karena biasanya paus yang terdampar hanya satu atau beberapa paus saja.
Selain di Selandia Baru, 10 paus pygmy dan paus kepala kotak juga terdampar di Selandia Baru.
Baca Juga : Saat Dipotong, Pohon Ini Akan Mengeluarkan
Dua ekor paus ditemukan sudah mati, sedangkan tim penyelamat lingkungan hidup masih mencoba menyelamatkan 8 ekor sisanya, nih.
Sampai saat ini tim penyelamat belum mengetahui pasti kenapa paus-paus tersebut bisa terdampar, tapi kemungkinan ada beberapa penyebab.
Beberapa penyebab tersebut misalnya seperti faktor kesehatan hewan, kesalahan navigasi, atau bisa juga karena dikejar predator lain.
Selain itu, angin topan dan gelombang laut yang kuat dan besar juga bisa menjadi penyebab lainnya, lo.
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR