Bobo.id - Perubahan suhu ekstrem di Arktika beberapa tahun terakhir membuat tanaman di sekitarnya berubah menjadi berwarna cokelat dan mati.
Peristiwa ini disebut sebagai proses 'pencokelatan' atau Arctic Browning.
Proses pencokelatan ini disebabkan terjadinya peristiwa dieback, yaitu kondisi di mana tanaman mulai mati dari ujung daun atau akarnya, teman-teman.
Arctic browning sendiri sebenarnya adalah penurunan biomassa atau produktivitas yang terjadi di wilayah Arktika.
Baca Juga : Inilah Kehebatan Robot 'Stuntbots' Buatan Disney dalam Film Action
Penyebabnya adalah peristiwa ekstrem yang biasanya berkaitan dengan cuaca, nih, teman-teman, seperti wilayah yang menghangat secara mendadak.
Kerusakan yang terjadi pada tanaman ini bisa jadi lebih sering terjadi karena perubahan iklim yang terjadi di Arktika berlangsung sangat cepat.
Bahkan perubahan iklim di Arktika berlangsung dua kali lebih cepat dari rata-rata perubahan iklim yang terjadi di dunia, lo.
Para peneliti dari University of Sheffield mengatakan kalau matinya tanaman di Arktika ini akan mengurangi kemampuan ekosistem di Arktika untuk menangani perubahan iklim.
Baca Juga : Pergantian Cuaca Membuat Kita Sering Sakit, Cari Tahu Sebabnya, yuk!
Selain itu, wilayah Arktika juga dipengaruhi oleh dua peristiwa iklim yang ekstrem, nih, teman-teman.
Peristiwa yang pertama membuat sebagian besar tanaman hijau yang ada di Arktika mati, sedangkan peristiwa kedua menghasilkan respon stres yang besar untuk tanaman di sana.
Pencokelatan yang terjadi di Arktika ini membuat kemampuan tanaman di sana untuk menyerap karbon menjadi berkurang.
Padahal, penyerapan karbon menjadi ukuran utama keseimbangan sebuah ekosistem, teman-teman.
Baca Juga : Mengenal Sinkhole, Lubang Misterius yang Muncul Tiba-Tiba di Sukabumi
Hal ini menunjukkan kalau peristiwa ekstrem bisa punya dampak yang besar bagi keseimbangan ekosistem.
Langkah selanjutnya, para peneliti akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak dari proses pencokelatan yang terjadi di Arktika.
Lihat video ini juga, yuk!
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR